Film-film yang diangkat dari kisah nyata memang banyak yang menarik untuk ditonton. 'Just Mercy' misalnya, film yang berdasarkan kisah nyata yang terjadi di tahun 1980an. Film yang menceritakan tentang seorang pengacara, Bryan Stevenson ini mulai ditayangkan di layar lebar akhir tahun 2019.Â
Menarik kisahnya karena Bryan bukan seorang pengacara biasa. Setelah dinyatakan lulus kuliah di Harvard dan berhak menjadi pengacara, ia memutuskan 'hijrah' ke Alabama. Tujuannya bukan untuk mencari keuntungan materi atau ketenaran, tapi ia ingin membantu orang-orang miskin mendapatkan keadilan. Sungguh tujuan yang mulia.
Kasus pembunuhan yang dituduhkan pada Johnny D (diperankan oleh Jamie Foxx) dan bagaimana Bryan Stevenson (Michael B. Jordan) memecahkannya menjadi plot utama 'Just Mercy'.
 Film yang berdurasi sekitar dua jam ini disuguhkan dalam bentuk alur cerita yang lambat. Hampir semua adegan berupa obrolan Bryan dengan Johnny D, koleganya: Eva, istri dan anak-anak serta para tetangga Johnny D. Bryan berusaha keras mengungkap bahwa Johnny D. tidak bersalah. Padahal vonis hukuman mati sudah diputuskan oleh hakim setempat.
Johnny D. awalnya sudah pasrah dengan vonis yang akan dia terima. Dia merasa sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Namun Bryan meyakinkan bahwa ia akan membantu Johnny D. menemukan keadilan. Johnny D. pun akhirnya bersedia. Namun perjuangan Bryan tidak semudah membalikkan telapak tangan.Â
Banyak twist terjadi di sepanjang film yang membuat Johnny D. hampir menyerah. Namun Bryan tidak berputus asa. Ia terus mencari bukti-bukti yang bisa memperkuat bahwasanya Johnny D. tidak membunuh seperti yang sudah dituduhkan. Upaya Bryan bersama koleganya di firma 'The Equal Justice Initiative' pun akhirnya membuahkan hasil dan Johnny D. pun akhirnya dinyatakan tidak bersalah dan terbebas dari ancaman hukuman mati.
Ada satu kutipan yang diungkapkan Bryan di pengadilan, "The opposite of poverty is not wealth, it's  justice". Dan kutipan itu rasanya tepat menyimpulkan seluruh isi dari film 'Just Mercy'. Keadilan akan sulit didapatkan oleh orang-orang dengan status ekonomi rendah. Johnny D yang merupakan seorang berkulit hitam berprofesi sebagai penebang kayu, dituduh membunuh perempuan berkulit putih. Dan mirisnya saksi yang di persidangan awal menyatakan ia melihat Johnny D. di dekat korban tega melakukan kesaksian palsu karena berada di bawah ancaman pihak kepolisian.
Hari ini, di Indonesia, kita juga banyak menyaksikan bahwa keadilan itu tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Banyak pejabat tinggi yang terbukti korup bisa melengang bebas. Jikalau mereka akhirnya dinyatakan bersalah, fasilitas yang mereka dapatkan di dalam penjara bisa semewah hotel bintang lima.Â
Sementara masyarakat kelas bawah bisa mendekam di penjara bertahun-tahun karena mencuri barang yang tidak seberapa harganya. Masih ingat kejadian kunjungan Najwa Shihab ke dalam penjara pelaku tipikor tahun 2018 lalu? Berita yang menghebohkan publik tersebut cukup menjadi bukti bahwa terdapat diskriminasi hukum antara si kaya dan si miskin.
Just Mercy mengajarkan saya bahwa menegakkan keadilan bagi si miskin itu bukanlah sesuatu yang mustahil walaupun mungkin cukup sulit untuk menempuhnya. Dibutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk meraihnya. Dan tidak cukup dengan penegak hukum yang berintegritas dan berkomitmen tinggi, namun adanya ketegasan dalam hukum yang tidak memandang bulu atau tebang pilih. Hukum yang tidak memandang tua, muda, kaya, miskin tak peduli latarbelakang atau warna kulit. Hukum yang bisa menebus kesalahan bagi pelakunya dan pencegah bagi yang lain.
Bagi penyuka film drama, 'Just Mercy' mungkin bisa jadi masuk daftar Anda menonton akhir pekan ini. Selamat menonton. Â