[caption caption="Foto: koleksi pribadi"][/caption]
Diakui dan diterima adalah kebutuhan anak-anak di abad manapun, tak terkecuali di zaman internet seperti sekarang ini. Lalu bagaimana mengukur "kehausan" anak akan pengakuan? Novel anak berjudul, "Go Keo No Noaki", yang kini akan memasuki judul ke-4, bagi saya menjadi parameter yang menarik.  Anak-anak saya dan beberapa temannya, menunjukkan reaksi yang cukup mengejutkan setelah membaca 3 judul yang sudah terbit. Pertanyaan saya, mengapa?Â
GKNN Effect
Awalnya, saya membeli novel serial "Go Keo No Noaki", disingkat GKNN, karena penulisnya ada dalam daftar pertemanan di facebook, dan saya tahu, beliau seorang penulis senior yang sangat piawai membuat cerita menarik sekaligus bermutu. Setelah membeli dua judul yang terbit paling awal, saya ikut nimbrung membacanya juga. Kesan saya, serial itu memang sangat renyah, gampang dicerna, dan akibatnya, cepat habis :D.  Hanya itu.
Akan tetapi, saya kemudian heran, saat anak-anak membacanya dan mereka berpromosi kepada teman-temannya, novel itu seperti magnet yang merekatkan semua anak dalam satu perbincangan seru setiap kali bertemu.  Tiap kali mereka datang, selalu membahas Keo dkk, seolah tokoh-tokoh itu memang ada. Mereka kadang membuat skenario-skenario tentang bagaimana kelanjutan ceritanya. Mereka juga meniru gambar-gambar komik Noaki. Sampai kertas bekas modul, penuh digambari berbagai karakter bernuansa GKNN, dan yang paling menegangkan, mereka terus berbincang, kapan judul berikutnya terbit, tanpa penerbitnya tahu ^_^.
Sedikit gambaran: anak-anak di lingkungan kami, kebanyakan bukan para pembeli buku cerita. Karena itu, ketika kami buka taman bacaan, mereka sangat antusias. Namun selama beberapa tahun saya amati, hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap minat membeli buku. Tapi gara-gara GKNN, ajaib! Ketika kami masih menunda pembelian judul ke-3,  salah seorang teman anak saya datang ke rumah. Surprise! Dia bawa GKNN 3. Sesuatu yang belum terjadi sepanjang 6 tahun terakhir. Dengan kata lain, GKNN telah memunculkan setidaknya satu "pembeli buku" baru.Â
[caption caption="Beberapa sketsa karya seorang anak, inspirasi dari GKNN (Foto: koleksi pribadi)"]
Anak laki-laki saya (11 tahun) juga sangat terinspirasi oleh tokoh Keo, entah di sisi apa. Ia, yang biasanya lebih suka bermain layangan dan bersepeda daripada duduk manis, tiba-tiba jadi bersemangat membuka netbook, bukan untuk bermain "game" atau mengerjakan project online. Ia menulis cerita. Ia mengetik dan terus mengetik. Setelah capek dan berhenti dulu, di saat lain ia melanjutkan ceritanya. Sekarang sudah 17 halaman A4. Tapi lucunya, dia tidak mau membubuhkan tanda baca apapun. Ia hanya menulis dan meminta kakaknya untuk menyunting dan memberi tanda baca. Lalu meminta saya ikut membacanya. Seberapa lama ia bertahan, saya belum tahu, tapi yang jelas dia punya target, cerita itu harus dibukukan.
Gara-gara GKNN juga,  seorang anak yang hobi menggambar, makin kuat keinginannya untuk membuat komik. Gambarnya memang bagus, menurut saya. Tapi dia bingung bikin ceritanya. Saya berniat, membantunya setelah senggang. Kali ini saya hanya jadi pendengar dan penampung saja.
Singkat cerita, anak-anak kami dan teman-temannya telah terkena demam GKNN.  Hal baru bagi saya, karena sangat jarang novel serial, yang ada di taman bacaan kami  membuat anak-anak "segaduh" itu. Berbagai simbol GKNN mereka ingat, bahkan ketika ada anak kucing lucu, anak-anak menamainya "Joey", sama dengan kucing Keo.Â
Merasa Istimewa dan Diterima