Mohon tunggu...
May Nugros
May Nugros Mohon Tunggu... Karyawati -

Belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Planet Merah yang Menjadi Rebutan

23 Januari 2018   17:29 Diperbarui: 23 Januari 2018   18:14 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matt Damon dalam film The Martian / sumber: newsweek.com

Menuju Mars 2030.

Ini bukan slogan kampanye parpol atau caleg.  Tapi rencana betulan untuk mengirim manusia pertama ke planet Mars di tahun 2030.

Ya, saat ini NASA, badan antariksa AS, tengah mematangkan misi untuk mengeksplorasi planet tetangga kita ini.

Di tahun 2011 lalu, robot Curiosity buatan NASA telah mendarat di Mars. Misi ini merupakan yang kali pertamanya dalam sejarah, manusia berhasil mengirim suatu obyek antar planet. Robot ini dikirim untuk menginvestigasi iklim dan kontur permukaan Mars. Dilengkapi dengan instrumen kamera yang terhubung dengan satelit canggih, para peneliti dapat mengumpulkan data sebanyak mungkin dari setiap gambar yang diambil oleh Curiousity.

Berikutnya, NASA akan meluncurkan robot kedua ke Mars pada 2020, yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya sumber daya alam dan kehidupan di sana. Sebelum akhirnya mengirim awak manusia sepuluh tahun kemudian.

Tidak main-main, untuk misi ambisius ini, NASA menganggarkan dana sebesar 100 milyar dolar AS, yang kalau dirupiahkan dengan kurs US$ 1= Rp 13.300, berarti sekitar Rp 1.300 triliun. Yah, cukup lah untuk membiayai APBN negara kita sampai beberapa abad ke depan (asal tidak dikorupsi loh ya).

Untuk Apa Misi ini?

Lantas, apa tujuannya repot-repot membuat misi untuk ke pergi planet lain?

Menurut NASA, manusia perlu memiliki tempat tinggal alternatif jika pada suatu nanti kita harus mengungsi dari bumi. Jika misi ini berhasil, maka manusia dapat membuat koloni di Mars.   

Memang terdengar seperti cerita di film-film fiksi ilmiah. Namun, Profesor Stephen Hawking sendiri pernah membuat prediksi bahwa dalam beberapa ribu tahun ke depan bumi menjadi tak layak lagi ditinggali. Penyebabnya tak lain karena ulah manusia sendiri. Tingginya emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu panas global semakin meningkat dan mengakibatkan penipisan pada lapisan ozon. 

Jika dibiarkan begitu saja, lapisan ozon akan terus menipis hingga tidak bisa lagi menahan panas matahari ke permukaan bumi. Kalau hal ini sampai terjadi tentu akan menjadi fatal bagi umat manusia.

Potret permukaan Mars yang diambil Curiosity / sumber: nasa.gov
Potret permukaan Mars yang diambil Curiosity / sumber: nasa.gov
Kenapa Planet Mars?

Meskipun bukan planet terdekat, sejauh yang bisa diketahui peneliti saat ini, ada beberapa karakter Mars memiliki kemiripan dengan Bumi.

Planet merah ini diketahui memiliki gravitasi. Namun gravitasi di Mars hanya 38% dari bumi, sehingga jika berat badan Anda saat ini adalah 50 kg misalnya, berarti kalau di Mars nanti jadi cuma 19 kg saja. Wah, mungkin ini malah kabar baik buat yang punya masalah berat badan, hehe.

Selain itu, derajat dan perputaran Mars mirip dengan di Bumi. Panjang satu hari di Mars 24 jam 37 menit, hanya beda sedikit dengan Bumi. Bandingkan dengan Venus yang satu harinya saja bisa memakan waktu lebih dari 1 tahun. Kalau begini, bagaimana mau mengajukan cuti, coba?

Namun Mars juga diketahui memiliki suhu yang amat rendah. Rata-rata temperaturnya adalah minus 50 derajat celcius, bahkan bisa mencapai hingga minus 125  derajat celcius!

Di Bumi ini, pememegang rekor sebagai tempat berpenduduk terdingin adalah kota Omyakon di Rusia, yang suhunya tercatat pernah mencapai minus 67 derajat celcius. Bagaimana penduduknya bisa kuat tinggal di tempat sedingin itu, terus terang saya tidak paham. Karena kelamaan di ruangan ber-AC saja, saya bisa pilek.

Tokoh-tokoh Lainnya

NASA tidak sendirian. Elon Musk, CEO dari SpaceX, telah mengumumkan rencananya untuk mengkolonisasi planet Mars. SpaceX adalah perusahaan yang mengkhususkan diri pada teknologi pesawat luar angkasa dan sistem trasnportasi antariksa di California, AS.

Gilanya lagi, Elon Musk sudah menggadang-gadang akan mengirim manusia ke Mars pada 2024, hanya enam tahun dari sekarang. Ini bahkan lebih awal dari rencana NASA. Milyarder berdarah Afrika Selatan ini memang dikenal memiliki banyak visi yang sangat ambisius. Salah satu hasil karyanya yang fenomenal adalah Tesla, mobil listrik yang bisa mengemudi sendiri.

Selain Elon Musk, masih ada lagi Mars One. Diprakarsai oleh enterpreneur asal Belanda, Bas Lansdorp dan Arno Wielders, Mars One membiayai proyek ini dari berbagai sponsor dan donasi publik.

Namun dengan bujet 'hanya' 6 milyar dollar, proyek ini dinilai terlalu rendah untuk direalisasikan dan diragukan oleh banyak pihak. Target mereka untuk mengirim orang ke Mars sendiri telah direvisi dari seharusnya di tahun 2024 menjadi ke tahun 2031. 

Tak mau ketinggalan, Uni Emirat Arab pun memiliki misi serupa.  Dengan jargon Hope Mars Mission, UEA berencana mengirim pesawat tanpa awak ke Mars pada 2021, yang kebetulan juga bertepatan dengan hari ulang tahun ke-50 terbentuknya UEA. Ke depannya, UEA memperkirakan dapat sudah menbangun koloni  Mars pada 2117.

Dari belahan Eropa, ESA (badan antariksa Eropa) bekerja sama dengan Rusia untuk mengirim robot sejenis Curiosity ke Mars pada 2020, yang dinamai ExoMars. Rusia sendiri dikabarkan sedang membangun roket super yang dapat membawa awak kosmonot mereka dan akan tiba di Mars pada 2030.

Bagaimana dengan Asia?

Meskipun tidak menyebutkan kapan, tapi Cina juga bertekad untuk membangun koloni di Mars. Rencananya dua tahun dari sekarang Cina akan mengirim 6 unit robot ke sana.

Robot-pesawat buatan India bahkan sudah sampai di sekeliling orbit Mars pada 2014 lalu, dan menjadi salah satu negara pertama yang berhasil mencapai Mars.  

Berbeda dengan negara lainnya, Jepang memutuskan untuk fokus pada bulannya Mars, Phobos dan Deimos. JAXA, badan antariksa Jepang, akan mengirim robot untuk mengobservasi kedua bulan ini pada 2020an.

Ambisi negara-negara ini untuk mencapai Mars dan membangun koloni di sana memang luar biasa. Sebagai seseorang yang mana negaranya kebetulan tidak ikut serta dalam balapan super ini, saya cukup puas bisa mengamati dari bangku penonton.  

Dengan begitu banyak pihak yang berlomba-lomba mencapai Mars, saya berpikir, kenapa mereka tidak bergabung saja dan mengembangkan teknologi yang lebih canggih lagi? Bukankah akan lebih efisien, baik dari segi waktu maupun biaya?   

Sepertinya hasrat untuk melebarkan sayap sepertinya sudah ada dalam diri manusia sejak dulu. Seperti yang sudah dilakukan bangsa Spanyol dan Portugis berabad-abad lalu ketika mereka mengirim kapal ekspedisi hingga tiba di daratan Asia, Amerika, dan Afrika. Dengan tiba di daratan tersebut, bangsa Spanyol dan Portugis memperluas daerah kekuasaan mereka dan dapat dengan leluasa mengeksploitasinya.

Perjalanan antar planet memang merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi umat manusia. Dan siapa pun yang berhasil mendarat ke sana, tentunya akan membuat negaranya menjadi lebih superior dari yang lain. Namun entah kenapa berbagai rencana koloni di Mars ini mengingatkan saya akan apa yang dilakukan bangsa Spanyol dan Portugis dulu.     

Namun, berhasil atau tidaknya koloni di Mars dibangun, entah di abad keberapa nanti, saya toh sudah tidak lagi ada di bangku penonton. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun