Pengalaman di Seminari Mertoyudan
Perkenalkan nama saya Maximus Vito Masartiva, dapat dipanggil Vito. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman dan perasaan saya selama 68 hari di seminari ini. Â Saya masuk ke seminari ini memulai di kelas 0 yang biasa disebut dengan "Medan Pratama" angkatan 113. Di Medan Pratama ini saya memulai perjalanan saya di kelas KPP-A. KPP adalah Kelas Persiapan Pertama, di KPP ini saya masih belum naik ke kelas 10 setelah berproses di SMP. Karena di KPP ini kami masih butuh "Diberi bekal" oleh seminari untuk masuk kedalam komunitas besar seminari. Istilahnya kami masih "Terisolasi" dari komunitas.
Masuk ke seminari ini kami harus menghadapi pasca 40 hari, dimana kami tidak dapat mengakses internet untuk melihat update dunia luar, apalagi untuk membuka instagram atau menghubungi orangtua. Namun setelah pasca 40 hari ini selesai, kami dapat bertemu kembali khusus dengan orang tua di "Hari Orangtua". Pada 40 hari pertama saya sudah dapat merasa kerasan berada di seminari ini, namun saya juga merasakan kerinduan dengan orangtua saya. Setelah itu kami menjalani kehidupan biasa di seminari ini, mulai dari KBM, kegiatan kepamongan, konferensi medan, dll.Â
Yang saya nantikan dari itu semua adalah di hari kunjungan setiap hari Minggu pada minggu ke-3. Karena jika ada teman yang ingin mengunjungi kami, mereka dapat ikut serta hadir di hari kunjungan tersebut. Keluar dari itu semua yang paling saya nantikan ialah perjumpaan dengan orangtua kembali. Lalu saya dapat menceritakan kisah-kisah yang saya alami di seminari ini, baik saat ulangan maupun suka duka selama berada di seminari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H