Harus diakui bahwa Gibran Rakabuming Raka, belum lama alias baru sebulan menjabat sebagai Walikota Solo. Jabatan itu diraihnya setelah memenangkan Pilkada Kota Solo tahun 2020 yang lalu. Lawan yang dihadapipun, tidak begitu familiar saat itu.Â
Maka, sebelum Pilkada berlangsung, banyak pihak yang sudah meramalkan bahwa Gibran akan menang mudah. Walaupun baru menjabat sebagai wali kota seumur jagung, terdapat beberapa petinggi Partai Politik (Parpol) yang akhir-akhir ini dengan berbagai alasan datang mengunjungi putera sulung Presiden Joko Widodo itu. Ada yang mengatakan sekedar bersilahturahmi dan ada juga yang mengatakan hendak mengucapkan selamat atas keterpilihannya sebagai Walikota.
Akan tetapi, ketika berbicara tentang pemilihan kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang akan berlangsung pada tahun 2024, para petinggi Parpol tersebut, hampir semua dengan suara bulat katakan mendukung. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar sangat mendukung Gibran untuk itu. Yang terpenting adalah sukses dulu di kota Solo. Kalau sudah sukses mengatur, menata, dan membangun Solo, ke daerah manapun akan sukses, demikian kata beliau.
Hal senada, diungkapkan oleh Zulkifli Hasan dari Partai Amanat Nasional. Keberhasikan membangun Solo menjadi takaran untuk maksud itu. Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, yang walaupun katanya berkunjung untuk sekedar saling tukar konsep tentang pengelolaan kota masa depan dan menitip partainya di kota Solo akan tetapi, ketika disinggung tentang soal Pilkada DKI Jakarta dan Gibran, ia mengungkapkan dukungannya. Lihatlah perkembangan ke depannya, katanya. Beberapa hari terakhir, kedua sosok ini nampaknya memang akur dan dekat. Gibran bahkan terang-terangan mengaku kagum dengan gaya bicara seorang Fahri.
Menyimak apa yang dikatakan oleh ketiga petinggi Parpol di atas, soal dukungan mereka kepada seorang Gibran dalam Pilkada DKI Jakarta yang akan datang, dapat diambil dua kesimpulan antara lain pertama, apa yang dikatakan oleh ketiga-tiganya, merupakan salah satu bentuk tantangan bagi Gibran untuk membuktikan diri.Â
Kalau memang ia memiliki niat untuk menjadi orang nomor satu di DKI, ia harus menunjukkannya dengan prestasi yang baik, terutama melahirkan program-program yang tepat sasaran guna membangun kota Solo ke arah yang lebih mantap. Kedua, apa yang dikatakan oleh para petinggi parpol yang datang mengunjungi Gibran tersebut, sulit untuk di takar.Â
Dalam artian bahwa syukur kalau seorang Gibran berhasil dalam waktu singkat untuk membangun kota Solo sehingga dijadikan sebagai daya tarik guna di dukung pada Pilkada DKI 2024, kalau tidak, mereka akan beralih kepada sosok yang lain, yang dirasa lebih tepat untuk membagun ibu kota negara Indonesia itu.
Bagaimana dengan seorang Gibran sendiri? Ketika disinggung soal menjadi salah satu kandidat dalam Pilkada DKI yang akan datang, Gibran mengatakan bahwa ia sendiri belum berpikir tentang hal itu.Â
Ia beralasan bahwa ia masih fokus untuk membangun Kota Solo. Kalau kita melihat jejak seorang Gibran dalam dunia politik tanah air, terutama dalam hal pengalaman memimpin, bolehlah dikatakan di sini bahwa ia belum memiliki pengalaman yang cukup untuk itu. Untuk menjadi seorang Walikota di Solo saja, itu dicapainya secara instan. Seorang Gibran tidak memiliki jejak memimpin apapun sebelumnya.Â
Gibran tidak melewati tahap-tahap jenjang kepemimpinan dari bawah, lalu menanjak ke atas. Begitu menjadi seorang kader partai, ia langsung memenangkan Pilkada kota Solo.Â
Terpilihnya Gibran menjadi seorang Walikota, nampaknya terjadi karena semangat masyarakat yang begitu besar untuk mendukungnya karena ia adalah idola. Apalagi, bapaknya yang adalah presiden RI sekarang itu adalah mantan Walikota Solo juga. Jadi, Gibran memang masih perlu jam terbang yang lebih tinggi untuk membekali diri dengan banyak hal sebelum berbicara tentang peluang untuk maju sebagai seorang pesaing dalam Pilkada DKI Jakarta.Â