Tujuan utama terselenggaranya Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat, yang walapun secara terpaksa dilakukan oleh beberapa mantan kader Partai yang sudah dipecat dan sejumlah kader aktif lainnya, sebagai buntut dari kekisruhan yang terjadi, di hotel The Hill Sibolangit, Medan-Sumatera Utara adalah memilih dan menetapkan seorang sosok pemimpin partai, dalam hal ini seorang Ketua Umum sebagai pengganti AHY, yang dinilai tidak mampu memimpin dan menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam tubuh partai berlambang Mercy itu.
Melalui KLB yang sempat diwarnai aksi protes oleh para kader yang masih setia dan loyal kepada AHY di sekitaran tempat penyelenggaraan, baik diawal maupun diakhir kongres, akhirnya terpilihlah Jenderal Purn Moeldoko sebagai Ketua Umum, walapun yang bersangkutan tidak hadir secara langsung dalam peristiwa tersebut.Â
Moeldoko memang sudah disebut-sebut jauh sebelumnya sebagai sosok yang tepat untuk memimpin Demokrat, dengan beberapa alasan. Selain itu, Marzuki Ali juga dipilih dan ditetapkan sebagai ketua Dewan Pembina Partai yang pernah juga dipimpin oleh SBY tersebut.
Hasil KLB lainnya adalah memutuskan bahwa AHY yang terpilih sebagai Ketua Umum pada kongres kelima yang diadakan pada Maret 2020 lalu itu demisioner dan beberapa kader yang telah dipecat beberapa waktu sebelum KLB digelar, dicabut surat pemecatannya.Â
Menjadi pertanyaan adalah setelah merebut posisi Ketua Umum Partai Demokrat dari AHY yang bagi banyak pihak ilegal, tidak konstitusional, tidak ksatria, dan lain-lain, adakah niat seorang Moeldoko untuk maju sebagai calon presiden pada gelaran Pilpres 2024 akan datang?Â
Seandainya "ya" maka, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peluang sosok yang saat ini bertindak sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) tersebut? Peluang pertama yang sudah didapatkan oleh Moeldoko adalah berhasil memenangkan manuver dan merebut posisi sebagai Ketua Umum Demokrat. Ini adalah investasi besar bagi seorang Moeldoko.Â
Mereka-mereka yang mendukung dan mengusulkan beliau sebagai seorang Ketua Umum, pastilah memiliki masa yang cukup banyak seperti, Marzuki Ali, Jhoni Allen Marbun, dan HM. Damrizal. Ini terbukti dari proses pemilihan yang terjadi dalam KLB. Beliau terpilih secara aklamasi dan mengalahkan Marzuki Ali yang hadir secara langsung dalam pemilihan tersebut.Â
Peluang pertama ini juga dapat dijadikan sebagai takaran adanya niat dari Moeldoko untuk maju sebagai Capres pada Pilpres 2024 yang masih lama itu. Dikatakan demikian karena seorang Moeldoko pasti tidak mau merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Gatot Nurmantyo dalam gelaran Pilpres 2019 yang lalu.
Gatot memiliki elektabilitas suara yang mumpuni tapi tidak ada partai yang mengusungnya. Inilah yang mungkin dibaca oleh Moeldoko maka, menerima hasil kongres Sibolangit, walaupun pada awal adanya isu kudeta, ia berusaha untuk membantah, mengelak, dan lain sebagainya.
Peluang kedua adalah latar belakang militer yang melekat dalam dirinya. Apalagi dia adalah seorang Jenderal Purn, menjadi Kepala Staf Presiden, dan sudah senior dan matang. Sedangkan yang akan dihadapi dalam Pilpres 2024, sebagaimana terungkap dalam hasil-hasil survei yang beredar di tanah air selama ini adalah wajah-wajah dari masyarakat sipil yang masih muda.Â
Otomatis, beliau yakin bahwa peluang untuk menang dalam pesta demokrasi yang akan datang, sangat terbuka lebar. Apalagi seorang Marzuki Ali sangat mendukung dan bertekat untuk memenangkan Pilpres kali ini untuk Demokrat.