Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek 2021: Rindu Tradisi Buang Sial Ala "Baba-baba dan Aci-aci" di Pulau Timor

13 Februari 2021   08:28 Diperbarui: 13 Februari 2021   08:36 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap kali memperingati dan merayakan Perayaan Tahun Baru Imlek, terdapat salah satu tradisi atau kebiasaan yang sangat menarik perhatian dan dinanti oleh orang-orang Dawan yang berdiam di pulau Timor, khususnya masyarakat Noemuti, Kecamatan Miommafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi NTT yakni malam buang sial yang dilakukan oleh para saudara-saudari dari kalangan etnis Tiongkok yang berdomisili di sana. 

Di pulau Timor, terdapat cukup banyak saudara-saudari dari kalangan etnis Tiongkok yang mengadu nasib di pulau yang dijuluki sebagai tanah karang itu. Ada sapaan unik yang dikenakan di kalangan mereka dari masyarakat setempat. Bagi mereka yang berjenis kelamin laki-laki, biasanya mereka disapa dengan panggilan "Baba". Sedangkan mereka yang berjenis kelamin perempuan atau wanita, dipanggil dengan sebutan "Aci". 

Kedua sebutan di atas, berlaku bagi anak-anak maupun orang dewasa. Saya tidak begitu paham dengan soal asal-usul sebutan, sapaan, atau panggilan tersebut. Apakah itu hasil ciptaan masyarakat setempat (Dawan) ataukah memang itu dibawa dan diperkenalkan sendiri oleh para saudara yang terkenal piawai dalam berbisnis dan menjalankan usaha itu. 

Di kalangan masyarakat NTT pada umumnya dan masyarakat Dawan di pulau Timor secara khusus, para saudara dari Etnis Tiongkok, terkenal karena usaha dagang, bisnis transportasi darat, dan jual beli hasil bumi yang digeluti. Mereka pada umumnya boleh dikatakan sukses. Mereka cukup membaur dengan masyarakat setempat, mau menyesuaikan diri dengan budaya serta bahasa lokal, pola hidup, dan tidak segan-segan untuk memilih dan menjadikan warga setempat sebagai suami atau istri. Mereka terkenal ulet dalam bekerja dan memiliki prinsip hidup yang kuat.

Dalam kehidupan sosial, mereka cukup terbuka, mau membantu atau menolong, dan tak jarang ada dari antara mereka yang mendukung perkembangan dan kemajuan tempat dan masyarakat di mana mereka berada.  Tidak tanggung-tanggung mereka akan mengorbankan kendaraan atau materi yang dimiliki untuk kebaikan masyarakat setempat. Hanya saja, soal rahasia dagang atau bisnis yang ditekuni, mengapa menjadi begitu sukses dan berkembang, jangan di tanya. Itu rahasia dapur masing-masing orang katanya.

Setiap kali memasuki Perayaan Tahun Baru Imlek, para saudara dari kalangan Etnis Tiongkok yang hidup dan berkembang di Kabupaten Timor Tengah Utara, akan berkumpul bersama. Di sana mereka akan mengumpulkan pecahan uang logam dan uang kertas sebanyak mungkin, lalu mereka berbagi tempat untuk menghamburkannya pada malam Tahun Baru Imlek.

Tempat yang dimaksud di sini adalah jembatan-jembatan yang menghubungan desa atau kampung yang satu dengan desa atau kampung yang lain yang ada di sekitar Kabupaten TTU. Ketika malam puncak Perayaan Tahun Baru Imlek tiba, mereka akan mendatangi jembatan-jembatan yang ada, dan di sana mereka akan menghamburkan atau membuang uang-uang yang sudah dipersiapkan sebelumnya dari atas jembatan. Menarik bahwa para warga masyarakat setempat, sudah bersiap-siap di bawah jembatan untuk berebut dan memungut uang-uang tersebut.

Suasana terasa semakin meriah dan sungguh menggembirakan karena jumlah para saudara kita itu cukup banyak dan masyarakat setempat yang sudah siap di bawah jembatanpun tak terkira jumlahnya. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, sudah bersiap untuk memeriahkan acara itu. Suasana semakin bertambah riuh dan semarak karena terjadi aksi rebutan di antara masyarakat yang memungut. Kadang terjadi peristiwa-peristiwa yang mengundang tawa seperti, bertabrakan, jatuh bangun, kebasahan, dan lain sebagainya. 

Bahkan terkadang, pada hari dimana peristiwa itu akan berlangsung, pada saat yang sama, terjadi hujan dan banjir. Masyarakat yang tetap antusias menanti momen ini, harus berbasah-basah riah dan terpaksa berenang untuk mendapatkan pecahan-pecahan uang yang dihamburkan tersebut. Tak jarang pula, masih terdapat warga tertentu yang melanjutkan usaha pencarian pada keesokan harinya, terutama kalangan anak-anak. 

Mungkin saja, uang yang direbut, dipungut, dan dikumpulkan oleh setiap warga, tidaklah seberapa banyak jumlahnya, apabila dibandingkan dengan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkannya. Apalagi itu terjadi pada malam hari dan uang-uang yang dihamburkannyapun sebagian besar jatuh di dalam air. Pastilah sulit untuk ditemukan karena gelap dan dihanyutkan oleh arus air sungai. Itu tak penting, yang lebih bernilai adalah makna dan rasa saling menghormati antar sesama saudara.

Dari sekian banyak tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek yang dihidupi dan dikenang di kalangan para saudara dari Etnis Tiongkok yang hidup dan berkembang di Pulau Timor, mungkin tradisi buang sial dengan cara menghamburkan uang dari atas jembatan, menjadi peristiwa yang paling nampak, paling dikenang, dan dirindukan. Sudah 17 tahun, saya tinggalkan pulau Timor. Apakah kebiasaan ini masih hidup hingga saat ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun