Beberapa waktu kemudian, datanglah alat penggusur dan truk-truk besar ke kampung. Entah apa yang mau dikerjakan atau dicari. Yang jelas, dalam sekejap, salah satu area di sekitaran kampung kami digali dan muncullah sebuah danau kecil di sana. Seluruh warga senang tetapi apa yang sudah diambil dari isi perut bumi kami?Â
Pengalaman Bertemu Dengan WNA Setelah Dewasa
Pengalaman bertemu dengan WNA ketika saya dewasa, masih hampir sama dengan ketika masih kecil dulu. Masih ada rasa kagum yang bukan pada hal-hal sepele lagi tetapi pada soal ketegasan, kedisiplinan, dan banyaknya bakat atau kelebihan yang dimiliki oleh mereka.Â
Walaupun demikian, perasaan kagum itu tidak membuat saya merasa diri rendah untuk kemudian, kehilangan harga diri, martabat, pun  kehormatan.Â
Yang salah tetap salah. Yang benar tetaplah benar. Bukan karena memiliki hal-hal yang menonjol dalam diri maka, saya tunduk begitu saja bagai kerbau dicocok hidung. Mereka juga tetaplah manusia biasa, sama seperti saya. Punya kelebihan dan kekurangan juga. Bedanya hanya soal tampilan fisik belaka.
Menebak Pikiran Keliru Para WNA
Dari sejarah panjang perjalanan bangsa ini semenjak dijajah bangsa asing hingga pada pengalaman pribadi saya setelah dewasa dan bertemu dengan para WNA, dapat diambil suatu kesimpulan besar bahwa terdapat perasaan merasa besar, terhormat, dan paling unggul dari dalam diri para WNA. Perasaan ini timbul dari kenyataan bahwa bangsa ini pernah dijajah, mereka dikagumi, dan diterima dengan segala hormat.Â
Mereka mungkin saja merasa bahwa bangsa ini pernah diinjak-injak oleh bangsa lain berbad-abad lamanya. Setelah merdekapun, bangsa ini masih saja harus dibantu untuk membangun ini itu dan lain-lain sebagainya. Â
Mereka datang dengan membawa materi yang banyak dan berbagai keunggulan pribadi yang dibanggakan maka, mereka merasa diri lebih di atas segala-galanya.
Kalau memang benar pemikiran di atas terjadi maka, para WNA lupa bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar dengan segala kehormatan, martabat, dan berbagai nilai luhur lain yang terbentang, terkandung, dan dan tersemat didalam masing-masing suku, budaya, bahasa, watak, corak, dan ciri masyarakatnya dari Sabang sampai Merauke.Â
Bangsa ini memang pernah dijajah, tetapi para WNA lupa bahwa bangsa ini merebut kemerdekaannya dengan perjuangan yang gagah dan membanggakan.Â