Mohon tunggu...
Maximillian Calisto
Maximillian Calisto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA dan Aktivis Seni Budaya

I'm a really optimisctic person and has a big interest in art and culture. Grown up in a chinese and javanese family taught me the importance of tolerance & understanding. With a plenty of experience that I had, made me have a really good leadership and competence.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Dur, Pemimpin Negara Juga Bisa Lucu

19 Mei 2023   22:52 Diperbarui: 19 Mei 2023   23:00 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teks yang ditulis oleh Ari Indarto di Kompasiana berjudul "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris" mengangkat tema tentang pentingnya rasa humor dalam kepemimpinan. Penulis menyampaikan bahwa humor adalah salah satu kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mengatasi berbagai tantangan dan masalah yang dihadapi bangsa. Penulis juga memberikan beberapa contoh sosok pemimpin humoris yang pernah ada di Indonesia, seperti Bung Karno, Gus Dur, dan Jokowi.  

Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot biasanya menceritakan kehidupan sehari-hari mengenai orang penting atau terkenal yang merepresentasikan kejadian sebenarnya. Anekdot juga memiliki tujuan untuk menyampaikan kritik secara halus dan menyindir secara cerdas.

Salah satu contoh anekdot:  

"Suatu hari, Presiden Soekarno sedang berpidato di depan ribuan rakyatnya. 

Tiba-tiba, ada seorang penonton yang berteriak, "Bung Karno, Bung Karno!" 

Presiden Soekarno pun menoleh ke arah penonton tersebut dan berkata, "Ya, saya Bung Karno.

Siapa kamu?" Penonton itu menjawab, "Saya Bung Tomo!" 

Presiden Soekarno tersenyum dan berkata, "Oh, kamu Bung Tomo. Salam kenal ya. Sekarang diam dulu ya, biar saya lanjutkan pidatonya."

Anekdot ini menunjukkan bagaimana Presiden Soekarno memiliki kecerdasan emosional dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Ia tidak marah atau tersinggung dengan penonton yang mengganggu pidatonya, tetapi malah menjawab dengan santai dan humoris. Ia juga tidak melupakan etika dan sopan santun dalam berpidato, sehingga tidak mengecewakan rakyatnya

Fungsi dominan dalam teks anekdot adalah untuk menghibur dan mengkritik. Teks anekdot dapat membuat pembaca tertawa dan terhibur dengan cerita-cerita lucu yang ada di dalamnya. Teks anekdot juga dapat menyampaikan kritik secara halus dan menyindir secara cerdas terhadap orang-orang tertentu atau keadaan tertentu. Teks anekdot dapat menjadi sarana untuk menyuarakan pendapat atau aspirasi tanpa harus menimbulkan konflik atau permusuhan.

Teks anekdot dapat dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Misalnya, kita dapat membuat anekdot tentang kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, atau lingkungan di Indonesia saat ini. Kita dapat menggunakan anekdot untuk menyampaikan kritik atau saran kepada pemerintah atau masyarakat agar lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap masalah-masalah yang ada. Kita juga dapat menggunakan anekdot untuk mengajak masyarakat untuk lebih kritis dan cerdas dalam memilih pemimpin atau mengambil keputusan.  

Saya setuju dengan pendapat penulis bahwa humor adalah salah satu kunci sukses dalam kepemimpinan. Humor dapat membantu seorang pemimpin untuk mencairkan suasana, meredakan ketegangan, menambah semangat, dan mendekatkan diri dengan rakyat. Humor juga dapat menunjukkan sisi manusiawi dan rendah hati dari seorang pemimpin, sehingga dapat membangun kepercayaan dan simpati dari masyarakat. Humor juga dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan dan kritik secara halus dan cerdas, tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain. 

Namun, humor bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh seorang pemimpin. Humor membutuhkan kecerdasan, kepekaan, dan ketepatan dalam memilih waktu, tempat, dan situasi. Humor juga harus disesuaikan dengan karakter, budaya, dan konteks dari audiens yang dituju. Humor yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman, kegaduhan, atau bahkan konflik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus berhati-hati dalam menggunakan humor sebagai alat komunikasi.

Kesimpulan akhir dari tanggapan ini adalah bahwa teks anekdot adalah sebuah bentuk sastra yang memiliki nilai estetika dan sosial. Teks anekdot dapat membuat pembaca tertawa dan terhibur dengan cerita-cerita lucu yang ada di dalamnya. Teks anekdot juga dapat menyampaikan kritik secara halus dan menyindir secara cerdas terhadap orang-orang tertentu atau keadaan tertentu. Teks anekdot dapat menjadi sarana untuk menyuarakan pendapat atau aspirasi tanpa harus menimbulkan konflik atau permusuhan. Oleh karena itu, teks anekdot layak untuk dibaca dan dipelajari oleh semua orang, terutama bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi secara kritis dan kreatif. Teks anekdot juga dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk menciptakan karya sastra yang bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, saya menyarankan pembaca untuk membaca dan memahami teks anekdot dengan baik, serta mencoba membuat teks anekdot sendiri dengan tema-tema yang relevan dan menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun