Melalui CCS ini pula PT. Pertamina berkomitmen untuk dapat berkontribusi lebih pada upaya negara dalam NZE yang terangkum dalam Peta Jalan Indonesia yang berlandaskan pada 3 pilar utama. 3 pilar strategis utama tersebut adalah dekarbonasi pada aset yang ada, pengembangan akan bisnis energi yang lebih ramah lingkungan dan inisiatif negatif akan karbon seperti CCS/CCUS dan Nature-Based Solution (NBS).
Pada pelaksanaan transisi PT. Pertamina yang berlandas pada 3 pilar utama strategi Indonesia, Pertamina demi perubahan secara masif dalam upaya pencapaian target emisi, merubah bahan bakar yang ada menjadi bahan bakar campuran yang lebih menekankan pada energi baru dan energi terbarukan (EBET).Â
Bahan bakar yang dimaksudkan merupakan bahan bakar campuran yang menggunakan komponen minyak sawit dalam formula Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang mendukung upaya dekarbonisasi dalam mengurangi emisi dari aset bisnis yang ada.Â
Menciptakan keberhasilan bagi PT. Pertamina yang dapat mengurangi emisi karbon nya hingga di angka 31%.
Pertamina yang terus mengupayakan akan pengembangan produk yang lebih rendah karbon, semakin ditunjukkan dengan dikembangkannya produk biodiesel ataupun biogasoline lainnya yang lebih Sustainable dan terkandung bahan bakar dari energi terbarukan.
Dalam pengembangan CCS yang dapat semakin agresif, PT. Pertamina Hulu Mahakam, PT. Pertamina Hulu Sanga-Sanga dan PT. Pertamina Hulu Rokan menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan energi asal Amerika Serikat, ExxonMobil sebagai pendukung akan pengembangan CCS di Laut Jawa yang memiliki kapasitas mencapai 3 giga ton CO2 yang pula sebagai "badan" pengevaluasi CCS dalam pelaksanaan penangkapan dan injeksi CO2 dari industri dalam negeri dan regional yang lebih ramah lingkungan.
Posisi Indonesia sendiri yang juga dipandang dapat sangat menguntungkan dalam transportasi CO2 lintas batas negara, dalam proses pengembangan teknologi CCS yang dapat lebih luas cakupannya, dapat berpotensi pada pengembangan teknologi CCS di kawasan Asia Pasifik. Pertamina dalam merealisasikan perambahan cakupan wilayah implementasi teknologinya tersebut siap untuk dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder pendukung terkait dalam pengembangan CCS/CCUS di kawasan ASEAN.
Pemerintah sendiri pun mendukung akan keberadaan potensi CCS yang sangat menguntungkan ini sebagai pengembangan serta kemajuan akan industri manufaktur yang rendah karbon tak hanya di Indonesia pula kawasan Asia Pasifik.
Disebutkan pula dalam hasil pemanfaatannya, yang tidak hanya akan turut membantu pemerintah mencapai program perjanjiannya akan pengurangan emisi karbon di Indonesia dan ASEAN namun juga turut memberikan dampak pada bidang ekonomi yang secara tidak langsung memberikan bantuan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dan peningkatan jumlah investasi yang masuk ke Indonesia sebagai bentuk dukungan kesuksesan Indonesia dalam pelaksanaan program langkah penting negara dalam perubahan lingkungan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H