Mohon tunggu...
Maxi Gepa
Maxi Gepa Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa fakultas Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero.

Menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Problematika Pujian Kegantengan

24 September 2022   08:03 Diperbarui: 24 September 2022   08:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki wajah ganteng atau cantik kerap hadir sebagai dambaan banyak orang. Sehingga tidak heran bahwa banyak orang yang mengeluarkan biaya cukup fantastis untuk merawat ataupun merombak wajahnya melalui operasi.

Banyak orang akan memuji individu tertentu yang tampil elok. Masing-masing orang menilai berdasarkan sudut pandangnya. Seolah tidak ada ukuran yang pasti untuk menilai kegantengan ataupun kecantikan seseorang.

Pujian kegantengan atau kecantikan yang disematkan pada orang-orang tertentu sesungguhnya adalah suatu bentuk afirmasi atas realitas ganteng atau cantik itu sendiri. Setiap orang terlahir ganteng dan cantik pada dirinya sendiri. Ganteng dan cantik itu absolut pada dirinya sendiri.

Ganteng dan cantik akan menjadi relatif ketika subjek-subjek tertentu diberi kebebasan untuk menilai. Setiap orang memiliki ukurannya untuk menilai. Ada yang merasa bahwa seorang pria yang ganteng adalah pria yang memiliki hidung mancung, memiliki kumis dan jenggot, badan berotot dan memiliki tinggi ideal tertentu serta masih banyak lagi. Begitu pula ukuran yang dikenakan pada perempuan.

Dengan adanya pujian kegantengan dan kecantikan maka timbul negasi atas keduanya, ada yang dianggap tidak ganteng dan tidak cantik. Anggapan tidak ganteng dan tidak cantik yang disematkan pada orang tertentu kerap dianggap benar secara subjektif. Namun, secara objektif anggapan tersebut tidak dapat dibenarkan lantaran tidak bisa dipertanggung jawabkan secara rasional.

Ganteng dan cantik juga dapat dipahami secara lebih luas dengan menilai seseorang bukan dari aspek fisik semata. Sehingga timbul ungkapan yang sering kita dengar yaitu inner beauty, inner beauty diterjemahkan sebagai kecantikkan dari dalam, kecantikan yang berasal dari faktor psikologis, yang meliputi kepribadian, kebijaksanaan, kecerdasan, kesopanan, kesabaran, kharisma, integritas, simpati, empati, dan kasih sayang.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa secara ontologis manusia itu ada sebagai individu yang ganteng dan cantik. Subjektivitas individu yang menjadikan ganteng dan cantik itu relatif. Secara epistemologis ganteng dan cantik itu direduksi ke dalam pengetahuan-pengetahuan subjek yang partikular.

                               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun