Setelah check-in dan melewati imigrasi di bandara, kami pun berjalan menuju gerbang dimana kami akan masuk ke pesawat, sayangnya kami mendapat gerbang yang lumayan jauh dari imigrasi. Aku tak pernah berkomentar jika harus berjalan jauh di bandara, hanya saja aku sedang berpergian dengan Jansen, jadi aku harus mendengarkan ocehannya yang sangat menganggu kedamaian hatiku. Dimulai dari percakapan nya dengan Shirley hingga rencana yang akan ia lakukan jika sudah kembali ke london.
Walapun harus terganggu oleh ocehannya, aku pun tetap memikirkan orang tua ku, tapi terkadang pikiranku juga memikirkan kepada Vica, dia terlihat seperti gadis biasa yang ceria. Gadis yang pasti bisa seperti orang lain yang kau temui setiap hari. Tetapi hanya saja aku tak bisa berhenti untuk memikirkannya. Apakah ini yang namanya jatuh cinta, atau sedang bermimpi dengan kesadaran penuh?. Setelah kupikir lagi, apa yang sedang gadis itu lakukan sekarang?
***
"CUKUP SHIRLEY, CUKUP!!!!" Teriak ku karena aku tak ingin mendengarkan ocehannya lagi.
"Ayolah, cerita ini sudah hampir samapai pada klimaksnya, kenapa kau ingin aku berhenti? Apa kau cemburu?" Balasnya dengan nada memohon.
"Kau tahu aku betapa lelahnya aku, aku bangun jam setengah 2 pagi dan aku sangat ingin beristirahat sekarang."
"Hei nona cantik, kau kira aku akan bangun jikalau kau tidak membangunkanku pada jam setengah 2 pagi?, sebagai ganti bayarannya aku akan bercerita semauku. Setidaknya aku tak meminta mu untuk mengganti dengan uang. Walaupun bertemu dengan pria itu juga sudah cukup membayar setengah bill mu."
"Siapa?"
"Kau taulah, teman apartemen Tanner."
"Jansen?" Tanyaku dengan penuh heran.
"Tepat sekali nona, pria itu sungguh mengaggumkan, dari cara bicaranya, bahkan sampai caranya ia menatapku."