Mohon tunggu...
Maximilian Bima
Maximilian Bima Mohon Tunggu... Penulis - 7-8-2002, Born and Raised in semarang

Hanya seorang yang suka berkreasi dalam imajiansinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Am I? Undeniable... (8)

22 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 22 Mei 2019   08:44 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jam 3 pagi, alarm ku berbunyi sangatlah keras, diriku masih sangat lelah setelah apa yang terjadi semalam. Makan bersama, kemudian bermain kartu bersama Vica dan kawan sekamarnya, dan entah kenapa Vica masih ingin menawarkan dirinya untuk mengantar ku pulang ke apartemenku, semua itu terasa terbalik dengan apa yang seharusnya terjadi. Tapi daripada aku berpikir lebih jauh kenapa itu bisa terjadi, lebih baik aku melanjutkan apa yang ku harus lakukan semalam, berkemas.

Berkemas merupakan hal paling menyebalkan yang harus dilakukan dika ingin berpergian, diriku saja tak tahu harus membawa apa saja, apa yang tak perlu kubawa, dan masih ada masalah lagi setelah itu. Packing, ya setiap kali aku harus mendengar kata itu, lebih baik aku memasukkan semua pakaian ku ke dalam kantong plastik dan melempar semua pakaian ku ke dalamnya.

Setelah selesai packing, aku beranjak dari kamar tidur dan melangkah kan kakiku ke dapur, mencari apa saja yang bisa dimakan disana, tapi setelah membuka pintu saja, aku bisa mencium bau harum yang sengatlah menggoda perutku ini.

"Siapa yang memasak sepagi ini? Tidak mingkin Jansen, terakhir kali ia memasak , ia membuatkan sandwich yang berisi telur mata sapi yang gosong dengan cangkang di sekitar terur, dan diapit roti gandum yang sudah ada di kulkas sudah kadaluarsa sekitar 7 bulan." ucapku dalam hati

Tapi bau ini seperti mengatakan diriku kalau masakan ini sangatlah lezat. Setelah aku berjalan dengan rasa beban di seluruh tubuhku, sampailah diriku di dapur, dan dugaanku ternyata jauh dari salah. Jansen memasak, aku pun sudah mulai kehilangan keinginan untuk makan.

Untuk memastikan kesalamatan ku, aku pun bertanya pada Jansen.

"Hey, apa yang sedang kau buat?"

"Sandwich."

Yap, itu jawaban yang berarti aku harus mengambil apa saja yang ada dikulkas dan siap kembali ke kamar untuk bersiap-siap untuk berangkat. Sebelum aku mulai beranjak, Jansen pun mengucapkan sesuatu

"Hey, tinggalah sebentar, kau harus rasa sandwich yang ku buat ini."

"Apakah sandwich telur beserta cangkangnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun