Panas teriknya matahari, dicampur rasa kesal setelah panik. Membuat diriku merasa seperti seorang mati yang berjalan.
"Cepatlah, kita akan ketinggalan bus"
"Kamu kira aku berlari ini untuk apa hah?"
Tak terdapat balasan yang dapat didengar olehnya, sehingga ku memanggilnya lagi
"Jansen, dimana busnya? Apakah kau melihatnya?"
Jansen Cory, biasa kupanggil Jansen merupakan teman sekamar, sekolah, bahkan teman ku sejak kita masih bayi, hanya saja ada satu sikap yang ia selalu tunjukkan, yang selalu membuatku ingin mencekiknya adalah sikap nya seperti manusia berengsek
"Itu busnya, mereka baru saja menurunkan penumpang, cepatlah Tanner dasar kau manusia besar sialan"
Sedangkan namaku adalah Tanner Mito, seorang manusia besar yang suka bermain game seharian di rumah tanpa mengenal keadaan diluar, itu cukup menjelaskan mengapa diriku dibilang besar olehnya.
"All aboard, final bus to london" Â Seorang petugas berteriak, yang membuatku semakin panik, pada akhirnya aku dan Jansen, yang mungkin dengan bantuan Tuhan dapat masuk ke bus tepat sebelum bus itu berangkat.
Aku yang kelelahan berusaha untuk mengatur napas setelah kelelahan berlari. "Hampir saja kita terlambat. Jika kau tak menarikku dari tempat itu, mungkin kita masih tertinggal di tempat itu."
"Kan sudah ku bilang, ku tunggu kau sampai jam 9 di tempatmu, jika kau masih belum beranjak dari kumpulan buku-buku itu. Aku akan memaksa mu untuk pulang, walaupun kau suka atau tidak"