Mohon tunggu...
Max Havellar
Max Havellar Mohon Tunggu... profesional -

senang jalan-jalan. kadang suka diam di rumah. kadang juga senang makan meski kadang kehilangan selera. kadang begitu bersemangat terkadang patah arang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nekat Si Penjual Duku, Tak Mau Kehilangan Untung

4 Maret 2012   00:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:32 1757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuputuskan seperti kemarin, untuk jalan malam jam sebelas ini. menyusuri trotoar jalan panjaitan, menyebrang di jembatan busway mayjen sutoyo uki cawang. prokkkk, dan srakkkk. Suara benda jatuh dan terlindas. terlihat peti buah dilindas taxi blue bird hampir tepat di bawah jembatan penyebrangan. Ratusan buah duku bertebaran di jalan raya. Sebuah motor berhenti, di boncengan belakang pengendara nampak muatan yang sepertinya lumayan berat. Sejenak motor kehilangan keseimbangan, pengendara menahan motor yang sudah setengah bangun di topang pembatas jalan.

Mobil taxi nampak berhenti. Si supir keluar mobil, sesaat melihat apa yang terjadi. di roda depan kiri mobilnya peti kayu masih menempel ban, dengan muatan duku yang sudah berceceran. Peti kayu disingkirkan. Si sopir memeriksa bemper taxinya. sepertinya tidak apa-apa. si sopir taxi begitu saja melaju pergi.

Si pengendara masih nampak menahan motornya yang setengah berdiri dengan muatan berat di belakang. beberapa pengendara motor berhenti. Di antaranya berhenti melihat apa yang terjadi. di antara yang lainnya segera menolong pengendara yang ternyata pemilik peti buah itu, menegakkan motor dengan muatan berat itu.

Pengendara pemilik peti buah itu segera bergegas ke tengah jalan, tempat peti buahnya tergeletak di tengah jalan. Buah duku yang berceceran sebagian sudah terlindas kendaraan yang berlalu lalang, sebagian masih bisa terselamatkan. Pengemudi pemilik peti buah kembali ke motornya, mengambil plastik dan memunguti satu persatu buah dukunya yang masih bisa diselamatkan. Penjual minuman di pinggir jalan memberikan kardus untuk pemilik buah. Tukang ojek datang membantu dengan membawa kardus itu, memberikannya pada pemilik buah. PPemilik buah masih sibuk memunguti duku di tengah jalan bersama tukang ojek. Duku-dukunya harus diselamatkan. Tak banyak yang dia dapat kembali. tak sampai seperempat dari buah-buah yang tercecer di jalanan itu. di antara puluhan kendaraan besar kecil dia buah-buah duku itu ia pungut.

Harga buah duku di eceran, per kilo rata-rata sekarang di kisaran 10 ribu untuk ukuran besar, 8 ribu untuk ukuran sedang, dan 7 ribu untuk ukuran kecil. Harga grosirannya, paling selisih 1000 sampai 2000 di bawah harga buah duku eceran. Berlaku untuk kawasan kramatjati dan sekitarnya, karena setahu saya, di senen misalnya, untuk ukuran kecil di uki yang harganya 7000 per kilo, di sana di jual sepuluh ribu. Di bulak kapalpun seperti itu, bahkan kualitasnya hampir sama dengan harga duku ukuran kecil yang harganya 5000-6000-an di kawasan uki atau pasar rebo, yang kulitnya sudah agak hitam.

Ah ya sudah, di atas jembatan sayang aku hanya bisa bergumam, "kasihan, untung yang tak seberapa belum tentu di dapat, rugi penjual buah sudah terlihat pasti. Dan terlihat anda masih berusaha menyelamatkan uang-uang anda yang bertebaran di jalanan itu. Tak peduli, meski ada truk menahan laju karena anda. semoga anda diberi keberuntungan di lain hari. doaku pada anda tukang buah duku malang.'

1330821085493751693
1330821085493751693

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun