"Jangan marah Bu, pulang sekolah saya membantu bapak bekerja," matanya basah dan ia menunduk.
"Kerja apa?"
"Mengangkat tanah, Bu," air matanya jatuh
"Jangan menangis" kataku sambil mengusap air matanyaÂ
"Sampai jam berapa kamu kerja?" Tanyaku lagi
"Sampai jam 5 sore bu, siap itu saya makan, mandi, dan langsung tertidur karena saya sudah capek" air matanya mengalir semakin deras
Sudah beberapa kali ia tidak mengerjakan tugas dan setiap kali diberi pertanyaan ia tidak bisa menjawab.
Bulan yang lalu, ia datang ke sekolah dengan kaki yang pincang. Ia kesakitan ketika berjalan. Aku menghampirinya dan menanyakan penyebabnya.Â
"Sudah tiga hari saya ngangkat air bu, gak ada air di rumah kami. Jadi saya harus ngangkat air" jawabnya
"Seimbangkanlah nak. Kalau tangan kiri sudah capek gantian dengan tangan kanan" kataku menasehatinya
"Kek mana gantian bu, sekali bawa harus dua ember kanan kiri biar cepat" ia menjawabku dengan menunjukan deretan giginya yang membuatku juga hanya bisa berlalu sambil tersenyum.