Kenaikan harga  yang terjadi pada kedelai impor  memberikan pengaruh besar pada industri tempe, dimana sebagian besar dari mereka menggunakan kedelai impor dalam proses produksinya. Alasan utamanya adalah kedelai impor yang  dinilai lebih unggul daripada kedelai lokal dengan karakteristik biji  besar, kering, dan bersih juga harga yang relatif murah bagi kelompok industri tempe.Â
Dampak dari kenaikan harga ini cukup signifikan  yaitu mencapai penurunan angka produksi sebesar 50 % dari produksi normal seiring dengan total penerimaan yang juga mengalami penurunan.Â
Berbagai alternatif diterapkan salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah penggunaan bahan baku kedelai dalam produksinya dan mengubah ukuran tempe menjadi  lebih kecil namun tetap dijual dengan harga yang sama, tidak sedikit juga yang mengurangi pegawai karena pendapatan sudah tidak mencukupi untuk menggaji pegawai. Â
Kondisi tersebut menyebabkan beban berat bagi para pengrajin untuk meneruskan usahanya. Adanya campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan dalam menstabilkan dan menyelesaikan masalah fluktuasi harga kedelai dengan baik dengan memfokuskan pada inovasi teknologi dan edukasi di bidang pertanian khususnya pada komoditas kedelai, pemerintah juga bisa mendorong peningkatan produksi kedelai dalam negeri untuk menekan angka impor dan ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor dengan cara memberikan penyuluhan kepada petani cara bertanam kedelai  yang kemudian akan menghasilkan kedelai yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi dengan kedelai impor.Â
Komitmen untuk bekerja sama dan berjalan beriringan antara pemerintah, pelaku bisnis, petani dan konsumen merupakan bagian  dari faktor dalam menentukan kesuksesan harga kedelai yang stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H