Ya benar, rindu itu bulat.
Ia tak berujung, tak juga berpangkal.
Menjadi kesatuan utuh tanpa sekat.
Terdiri dari gumpahan jutaan titik yang saling menguatkan satu dan lainnya.
Memiliki diameter yang membuncah kepalang.
Hanya memiliki dimensi bertepi, menjadi penanda antara puncak dan lerengan.
Merindumu?; selayak itu, Tuan.
Tak pernah menemukan ujungnya dan tak perlu memburu seribu alasan tuk lakukannya.
Dan jika merindumu adalah sebentuk bulat, maka ini adalah puisi yang tercecer dalam titik-titik kelu.
Akh, rindukanmu? Selayak ini hanyalah sajak picisan, sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H