Akan selalu menjadi rutinitas muslim sedunia setiap jum'at berbondong - bondong pergi ke masjid. Layaknya hari ahad, setiap masjid akan membludak seketika saat hari penuh berkah ini. Khotib setia mengingatkan agar tetap bertaqwa kepada Allah SWT. Khutbah - khutbah segar, senantiasa disajikan untuk umat yang telah menunggu. Suatu jum'at di pondok pesantren Tebu Ireng, waktu giliran khotibnya adalah beliau KH. Mustain Syafi'i. Saya mendengarkan dengan seksama dari mulai penyampaian tentang peningkatan kualitas iman sampai ditutup doa. Walau dengan ngantuk ketika itu, saya tetap mengingat sebuah cerita nyata berasal dari negara bagian Timur.
Peristiwa ini terjadi lebih tepatnya di Lebanon. Disana juga terkenal memproduksi kita - kitab kuning yang kita maknai pegon. Pada saat itu bertepatan dengan perayaan maulid nabi Muhammad SAW, masyarakat islam disana setiap tahun merayakan dengan beberapa runtutan acara. Tiba ketika acara penembakan peluru keatas langit oleh tentara - tentara yang ditugaskan. Hal tersebut sebagai pengingat bila kita harus mempunyai harapan yang tinggi. Tentu harus diimbangi dengan usaha yang seimbang dan sesuai apa yang kita cita - citakan. Perayaan tersebut dilihat oleh banyak orang, baik umat agama islam maupun umat agama yang lain. Peluru mulai satu per satu ditembakkan. Tiba - tiba salah satu jatuhan peluru menyasar ke kepala anak kecil nasrani yang juga ingin menikmati perayaan tersebut. Seketika anak itu tergeletak dengan keadaan luka parah. Saat orangtuanya mengetahui kejadian tersebut, ibunya segera mencari rumah sakit terdekat agar cepat diberi pengobatan. Namun sayang, rumah sakit di daerah tersebut tidak bisa menangani. Sehingga ibu anak kecil tadi, menuju rumah sakit yang berada di luar kota.
Sesampainya di rumah sakit, dokter segera mengecek keadaan anak kecil tadi. Didepan ruang tunggu, ibunya memohon agar anaknya baik - baik saja. Setelah dokter keluar, ibunya meminta penjelasan bagaimana keadaan anaknya didalam. Ternyata anak tersebut sudah meninggal, sang ibu tak kuasa membendung tangis karena telah kehilangan anak kesayangannya. Sembari dokter beranjak, Ibu anak kecil tadi meminta pertanggungjawaban dari nabi Muhammad atas apa yang dialami keluarganya. Dengan lantang ia berkata,.
"Wahai Muhammad apa salah anakku, sehingga ia harus menanggung nyawanya. Ia hanya ingin menikmati perayaan hari lahirmu, tapi kenapa umatmu memberikan ini kepada keluarga kami".
Setelah lama ia menengadah ke arah langit dengan kalimat - kalimat ungkapan kemarahan. Ibu tersebut ingin melihat buah hati untuk terakhir kalinya sebelum dibumikan. Setelah masuk ruangan, ia terkejut melihat anaknya berteriak - teriak memohon ibunya.
"Bu tolong tutup pintunya bu, dia ada disini bu. Bu jangan sampai dia keluar bu, dia benar - benar disini bu"
Dengan ekspresi wajah tak menduga kejadian yang tidak masuk akal itu, ibu menanyai maksud sang anak yang juga tidak dipahami oleh beliau.
"Dia siapa maksudmu nak?"
"Nabi Muhammad bu, dia tadi disini sempat mengelus kepalaku bu".
Isak tangis tak terbendung oleh ibu, perkataannya langsung didengar oleh nabi Muhammad. Cepat - cepat ia memanggil dokter untuk mengecek keadaan buah hatinya. Dokter juga tak bisa berkata apa - apa, anak kecil tadi setelah dicek terlihat sehat wal afiat kembali. Seluruh dokter dan ibu, saat itu juga masuk agama islam. Selain itu, sanak saudara setelah mendengar kabar tersebut ikut masuk agama islam. Padahal segala macam persiapan kematian sudah disediakan. Subhanallah.
Dari cerita tersebut, kita bisa ambil pelajaran tentang kuatnya doa kita yang pasti terkabul. Guru saya pernah dawuh, "Sebaik - baiknya doa adalah doamu sendiri. Sedangkan doa yang cepat terkabul adalah doa dari orang yang mendoakan kita secara diam - diam dan berjarak jauh". Seperti orang tua kita, baik yang ada di rumah maupun yang telah kembali. Barokah dari doa, saat kita saling mendoakan. Mendoakan guru kita yang sudah meninggal, sehingga doa tersebut dapat menjadi feedback kebarokahan dalam hidup kita.