Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Teh Hangat Penuh Cinta Racikan Bunda

14 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 14 Desember 2024   16:39 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teh Hangat Penuh Cinta Racikan Bunda


Meski cukup terlambat, saya membaca Topik Pilihan Kompasiana, dengan tema "teh lokal" namun, tidak urung membawa memori saya menuju masa kehangatan keluarga, saat kami masih lengkap. Ada Bunda dan Abah.
Di mana, masa ini menjadi awal, kisah manis tentang  nikmatnya kehangatan dan kebersamaan keluarga bersama teh lokal. Kok kaya iklan sih hehe.

Sekiranya inilah sekelumit memori yang saya ingat, serta berkesan. Dan ingin saya bagikan kisahnya.  

Dulu, sejak saya masa pra remaja, atau saat usia SD, (saat itu adalah momen memori yang paling kuat). Kami bisa dibilang keluarga penikmat teh.
Tepatnya teh lokal khas kota Serang Banten, kami sebut namanya "Teh Nutu" bila diterjemahkan artinya,  "teh tubruk"  
Teh Nutu, seperti halnya teh lokal pada umumnya, berupa daun teh hitam, bukan teh celup yang sudah halus dan praktis.
Teh Nutu, sebagai  salah satu minuman tradisional yang memiliki cita rasa khas. Dengan penyajian sederhana, daun teh kering yang dituangkan ke dalam teko, di isi air mendidih dan jika ingin tanpa ampas perlu disaring.
Proses penyajiannya memang agak ribet, namun tidak mengurangi kehangatan yang ada.

Teh Nutu Gula Batu dan Daun Mint

Dalam menikmati minuman teh, antara Abah dan Bunda saling bekerja sama. Pagi hari abah sudah sigap menjerang air, menyiapkan teh, menuangkan air panas dan menyaring.
Sambil abah menyiapkan gula batu sebagai pemanis, bunda pergi ke pekarangan untuk memetik daun mint. Kebetulan Bunda punya kebun mint di samping rumah, yang ia tanam dan  tumbuh subur berserakan di tanah tanpa pot. Dengan ketinggian tanaman antara 10-20cm.

Hampir setiap pagi, teh yang kami nikmati adalah perpaduan aroma melati, kesegaran dan wangi daun mint dengan rasa manis gula batu yang pas. Diminum dalam keadaan masih hangat sebagai teman sarapan, sebelum kami beraktivitas.
 

Momen ini melekat dalam ingatan, aktivitas pagi yang begitu manis, semanis teh nutu, daun mint dengan gula batu racikan Abah dan Bunda.  Mewarnai kehangatan dan kedekatan emosional seluruh keluarga.


Selain sebagai minuman, ada manfaat lain yang bisa diambil dari sisa teh, yaitu ampasnya biasa Bunda gunakan untuk perawatan kulit, seperti dijadikan scrub, untuk dibalurkan  pada tangan, kaki dan seterusnya, atau sebagai masker wajah.
Teh daun mint juga bisa jadi obat herbal untuk beberapa keluhan, sepeti bau mulut, pereda stres dan bermanfat untuk kesehatan.

Bisa dibayangkan, kenikmatan minum teh tubruk dengan aroma melati, bercampur rasa hangat, wangi mint dan gula batu.
Kebiasaan meminum teh lokal, dengan perpaduan teh melati, gula batu dan daun mint ini, berlangsung hingga kami besar. Meski sedikit beda karena tidak lagi menggunakan gula batu tapi gula pasir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun