Setelah sembilan jam menempuh perjalanan, akhirnya aku sampai di kampung halaman. Sebuah kampung di desa kecil daerah provinsi Banten.
"Jang. Baru sampe?" Seorang warga kampung ini menyapaku.
"Alhamdulillah, Pak." Kusalami bapak itu, salah satu warga desa ini.
"Mari, Pak" pamitku
"Mangga..., mangga!" ucapnya.
Hari kedua lebaran, aku tiba. pulang ke desa yang masih asri ini. Desa yang telah banyak berperan menghabiskan masa kecil dan remajaku. Tujuh tahun sudah, kutinggalkan desa nan asri ini.
Sebelum sampai rumah, aku sempatkan singgah di Mesjid desa, sebuah mesjid yang kini berdiri dengan megah. Azan subuh telah berkumandang lima belas menit yang lalu, namun suasana masjid masih terlihat sepi. Hanya beberapa pemuda dan orang tua. Malah jamaah anak-anak mendominasi. Sampai iqomah dikumandangkan tidak terlihat tanda-tanda akan ada penambahan jamaah.
"Ke mana para jemaahnya? Masjid ini begitu sunyi" batinku.
Dengan jemaah yang tak lebih dari hitungan jari itu, aku bergabung untuk salat subuh. Setelah salat aku tak langsung beranjak pulang. Kutunggu seorang pemuda yang usianya lima tahun di bawahku.
"Aa ...!" teriaknya, sambil menghambur memelukku.