Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Orang yang Berilmu dan Berharga Tidak Pacaran

7 November 2022   11:47 Diperbarui: 7 November 2022   11:50 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi ponpes Nurul huda.com 

Suatu hari seorang ayah bercerita dalam akun media sosialnya. Sebuah diskusi anak dan ayah. Fenomena pergaulan remaja yaitu ketika anak mulai berpacaran.  Dalam cerita tersebut terjadi diskusi antara anak dan ayah. Diskusinya kurang lebih sebagai berikut :

Putri saya  yang baru beranjak remaja, memasuki  usia kelas 10, pulang dengan bersungut-sungut sambil duduk di ruang keluarga. Saya tanya ada apa dan dijawab, 

"Adek dikatain les-bi  di sekolah sama teman-teman, karena gak mau diajak pacaran kayak teman sekelas yang lain."

"Oh, ya? Yang bilang begitu cowok apa cewek dek ?"

"Cewek, Yah. Mereka teman-teman Adek yang udah punya pacar."

"Kamu yang sabar. Omongan begitu gak usah kamu dengerin. Kan, masih banyak yang gak pacaran. Supaya bisa saling menghargai, kamu temenan sama mereka yang gak pacaran juga!"

"Tapi, Yah, hampir semua teman sekelasku pacaran. Paling ada beberapa yang gak pacaran, itu pun udah mulai minder, pingin nyerah karena gak ditemenin sama yang lain. Paling anak rohis aja yang ga pacaran."

Saya cukup terkejut mendengar penuturannya. Mereka masih kelas  10 SLTA, tetapi tantangannya hampir sama dengan orang dewasa yang buru-buru menikah bukan lantaran niat ibadah, tapi tidak kuat mental menghadapi cibiran masyarakat.

"Mereka juga ngasih saran supaya Adek yah, supaya buka jilbab. Katanya, Adek tambah cantik kalau gak pakai jilbab."

Saya menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan.

"Begini, Dek. Perintah untuk menutup aurat itu datangnya bukan dari manusia, tetapi dari Allah khusus untuk muslimah.

Bila seorang muslim dengan ikhlas menjalankan perintah Allah, maka atas izin NYA bisa terlindung dari sesuatu yang buruk di dunia. Ingat, ya, harus ikhlas. Allah Maha Tahu mana hamba yang sungguh tulus dan tidak."

"Jadi misal Adek ikhlas pakai jilbab, nanti gak ada cowok yang gangguin?" Putri saya bertanya.

"Bukan begitu rumusnya. Manusia diberi akal untuk berpikir dan hati untuk menimbang. Misal kamu tertutup sempurna auratnya, tapi kamu suka bermanja-manja kepada teman cowok, terus kamu memilih lewat jalan yang sepi dibanding jalan yang ramai orang, tidak mustahil kamu tetap dijadikan target kejahatan.

Jilbab itu bukan seperti rompi antipeluru. Jilbab itu lebih mirip kunci rumah."

"Kunci rumah?"

"Iya, kunci rumah. Bukankah rumah yang kamu kunci pintunya menjadi kecil peluangnya untuk dimasuki maling dibanding rumah yang pintunya dibiarkan terbuka atau tidak dikunci?"

Putri saya mengangguk-angguk.

"Sekarang sudah paham, ya?"

"Tapi, Yah ...."

"Kenapa lagi?"

"Mama dari temanku itu tahu anak-anaknya pacaran, tapi mereka diam saja. Malah pas mau berangkat pacaran, mereka kasih izin."

"Sekarang Ayah mau tanya sama kamu. Kamu merasa terpaksa gak pakai jilbab?"

"Gak, Yah."

"Adek sungguh ikhlas untuk menutup aurat Adek? Atau, mungkin Ayah sama bunda pernah maksa Adek buat pakai jilbab?"

"Gak, Yah. Adek sendiri yang pingin pakai jilbab. Ayah gak pernah maksa Adek buat nutup aurat."

"Alhamdulillah. Ayah ada beberapa pertanyaan lagi. Boleh?"

Dia mengangguk.

"Mereka yang ngajak kamu buat ikutan pacaran itu pada bisa ngaji, gak?"

"Mereka ngajinya bagus, Yah."

"Berjilbab?"

"Iya, tapi nanti di luar sekolah jilbabnya dilepas."

"Kalau mereka lagi main, mereka gak pakai jilbab."

"Oh, begitu."  Saya  mengangguk-angguk. 

"Begini, ya, Dek. Dari ceritamu, Ayah menyimpulkan mereka itu orang awam."

"Maksudnya orang awam?"

"Orang rua teman-temanmu yang membolehkan anaknya pacaran, juga teman-teman sekelasmu yang pacaran, mereka itu golongan awam. Benar mereka bisa mengaji, mungkin juga bisa berbahasa Arab sehingga tahu arti ayat yang dikaji. Tapi, mungkin pesan dari ayat yang mereka baca belum merasuk ke hati Jadilah mereka muslim yang tidak membawa kedamaian bagi umat. Zaman sekarang kita tidak bisa menilai orang hanya dari tampak luar."

"Adek mau tanya sama Ayah. Ayah, kan, punya banyak teman. Mereka ngebolehin anaknya buat pacaran, gak?"

"Ada yang ngebolehin dan ada juga yang enggak."

"Yang enggak ngebolehin alasannya apa?"

"Teman-temanmu yang pacaran itu, tiap kali mereka makan dan minum di luar, siapa yang sering bayar?" Pasti pacar mereka kan ?"

"Iya."

"Ayah itu sama seperti teman-teman Ayah, yang pingin anak perempuan kami punya martabat yang tinggi.

Meski mungkin pacaran sudah jadi budaya, kami tidak mau mengajari putri-putri kami untuk memanfaatkan laki-laki. Coba kamu bayangkan, bagaimana pikiran cowok yang tiap keluar pacaran sering diminta bayarin ini itu. Mereka akan mikir, 'Oh, cewekku murah sekali harga dirinya. Dia mau jadi pacarku asalkan apa-apa dibayari dan dibelikan.'

Beda cerita misal mereka ketemu cewek yang martabatnya tinggi. Cewek yang gak segampang itu bisa disentuh, kecuali sama orang tuanya, suami atau dokter yang menangani penyakitnya. Cewek yang apa-apa bisa beli sendiri tanpa harus rela dicium dan dipeluk dulu sama pacarnya.

Cowok-cowok yang punya niat jahat otomatis akan mundur karena malu. Mereka juga susah buat mendekati putri ayah karena putri ayah ini gak ngasih jalan buat mereka masuk. Nanti, atas izin dan perlindungan Allah, yang sanggup mendekat hanya mereka cowok-cowok yang niatnya mulia."

Anak perempuan saya tiba-tiba tertunduk.

"Yah ...."

"Makasi, ya, karena Ayah sudah sayang banget sama Adek. Sudah jagain Adek dengan ngelarang Adek buat pacaran."

Dia memeluk saya erat.

"Ayah cuma gak pingin jadi orang tua yang egois, cuek, dan pingin cari bahagia sendiri. Ayah juga punya utang tanggung jawab ke Allah buat melindungi anak-anak Ayah.

Eh, iya, gimana itu ceritanya teman kamu yang katanya positif hamil?  Kamu serius apa bercanda, sih?"

"Kata nya sih, berhasil digugurin. Adek serius, Yah. Dia udah haid dari kelas 5 Sd."

Begitulah keadaan bumi ini yang semakin tua. Pergaulan remaja bikin kita mengelus dada. Terlebih saat anak mulai berpacaran, butuh perhatian, pengertian dan komunikasi yang baik antar orang tua dan anak.

 Tak ada yang harus dipersalahkan.  Kitalah sebagai orang tua, yang mesti introspeksi diri. Tugas orang tua bukan sekadar urusan perut, tapi juga mengusahakan kemuliaan derajat bagi anak-anak mereka sebelum maut menjemput.

Jangan karena mengikuti jaman kita abai dari penjagaan terhadap anak kita. Nah di sini peranan kita dalam pendidikan keluarga sangat penting. Anak -anak tidak hanya membutuhkan asuhan dan didikan dari ibu, akan tetapi penting juga pendampingan ayah. Sehingga anak-anak kita punya pondasi yang kuat saat diterjang situasi seperti ini.  Yuk ayah dan ibu, kita berikan penjagaan dan pendidikan bagi anak-anak dimulai dari keluarga. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun