"Tutut..... Tutut..."
Pukul 22.15 aku mendengar suara orang yang sedang berjualan. Gerimis turun selepas magrib, membuat  penghuni komplek tempat tinggalku memilih diam didalam rumah. Penjual tutut itu seorang ibu berusia 40 tahun. Beliau tinggal di perkampungan tepat dibelakang komplek. Beberapa kali aku berpapasan dengan beliau saat sedang berjualan. Tapi, biasanya beliau berkeliling tidak sampai semalam ini.
Tutut adalah sejenis keong sawah. Di daerahku, makanan ini banyak memiliki penggemar termasuk aku. Biasanya tutut dimasak dengan kuah pedas dan banyak rempah untuk menghilangkan bau amis.
"Tutut.... "
Suara ibu itu terdengar lagi. Sepertinya beliau akan melewati rumahku. Aku berniat untuk membeli dagangan beliau. Jam rawan lapar ditambah hobiku yang suka jajan. Hitung-hitung membantu beliau. Pertimbangannya, beliau berjualan semalam ini, mungkin karena terdesak kebutuhan hidup.
Perlahan aku berdiri menuju pintu depan, memakai sandal dan bersiap membuka pagar. Sejenak menunggu, tapi tidak terdengar lagi suara ibu penjual tersebut.
'Mungkin ada tetangga yang membeli' pikirku
"Tutut... Tututnya bu.."
Setelah cukup lama, terdengar kembali suara itu. Aku membuka pagar. Tepat saat pagar terbuka, suara tersebut memdadak berhenti. Aku menoleh ke kiri dan kanan mencari sosok ibu penjual. Nihil, tidak ada siapa-siapa di sepanjang jalan blok rumahku ini. Padahal tadi aku dengan jelas mendengar suaranya.
Dengan kebingungan aku membalikkan badan, berniat masuk saja. Entah kenapa udara di luar ini cukup dingin. Suasananya juga hening. Hanya terdengar gemericik hujan yang jatuh.