September sudah hampir habis, tapi ternyata kepastian biaya interkoneksi belum juga terealisasi. Padahal rencana awal 1 September 2016.
Sudah sangat jelas bahwa penurunan biaya  interkoneksi dari Rp 250/menit menjadi Rp 204/menit tidak akan merugikan operator selular.
Apalagi pihak yang selama ini bersikeras menolak hanya Telkomsel sebagai anak perusahaan milik Telkom yang mempunyai jaringan paling juara, serta merajai bisnis telekomunikasi di seluruh Indonesia.Tapi setiap tahunnya menyetor keuntungan pada SingTel sebesar Rp 71 Triliun. Dan mengapa masih bersikukuh menolak hal yang dinilai untuk kepentingan konsumen yang juga masyarakat Indonesia
Konsumen operator selular yang berdiam di wilayah Indonesia Timur pasti yang paling butuh kepastian kapan biaya interkoneksi akan diturunkan?
Karena komunikasi sekarang adalah kebutuhan yang bisa digolongkan sebagai kebutuhan primer setara dengan sandang, pangan dan papan.