Mohon tunggu...
Mawardi Nurullah
Mawardi Nurullah Mohon Tunggu... Dosen - Salam Literasi

Subscribe My Youtube Channel : https://www.youtube.com/channel/UC7Mmattkllu9TYj-mwSZYkw

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Museum pada Generasi Z di Era Digital 4.0

26 Juni 2021   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2021   08:14 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejatinya keberadaan dan eksistensi daripada museum sebagai rumah peradaban mendapatkan tantangan dari perkembangan zaman dewasa ini. Terlebih di masa pandemik seperti ini para stake dan share holder pihak Museum harus merubah regulasi dan beradaptasi terkait penerapan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kegiatan daring maupun penyuluhan secara online bisa menjadi solusi alternatif pihak Museum untuk lebih memperkenalkan konseptual dari sejarah museum itu sendiri. Nonton bareng film dokumenter secara daring atau tur virtual bisa menjadi gagasan utama dalam mengembangkan potensi dan minat bakat peserta didik atau generasi z ini terhadap nilai -- nilai sejarah pada umumnya dan eksitensi Museum pada khususnya.

Sehingga optimalisasi dari narasi sejarah ini diharapkan menjadi motivasi pada generasi selanjutnya, bahwa peran sejarah dan museum sangat penting terhadap keutuhan sebuah bangsa. Benang merah yang dapat kita simpulkan pada generasi z adalah penggunaan teknologi dan keragaman narasi. Dukungan perkembangan teknologi dalam jaringan memperkuat upaya komunikasi antara pihak museum dengan Pemerintah daerah dan pihak sekolah agar sama-sama mengelaborasi program-program kegiatan yang beredukasi dan monumental.

Metode alternatif dan edukatif menjadi pilihan yang dapat diberikan kepada mereka. Narasi mengenai sejarah, cerita-cerita kepahlawanan tentang tempat, situs atau tokoh sejarah lokal sebagai bentuk alternatif dari sejarah resmi dengan harapan baik generasi milenial maupun generasi z kelak memiliki keinginan memperdalam dan memahami narasi mengenai hal tersebut. Kunci dari narasi ini adalah adalah 'sense of place' (rasa tempat) yang justru berasal dari tempat sehari-hari dan berbeda dengan tempat monumentalisasi oleh negara (De Groot, 2009: 63-64).

Namun, tidak tertutup kemungkinan menawarkan narasi alternatif dari sejarah arus utama, misalnya kisah para tokoh sejarah yang heroik bukan hanya ditampilkan sebagai pahlawan sempurna, melainkan juga kisah keseharian mereka yang dapat saja berhubungan dengan kota, kisah asmara, dan wilayah tertentu (tempat mereka mulai berkarir, tempat dibuang). Yang dibalut dengan digital natives, sehingga peran serta dari museum menjadi lebih maksimal dan produktif di masa pandemik seperti ini serta tetap mengikuti perkembangan komputerisasi yang sudah masuk dalam era digital 4.0.

Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software pendukung (Sukmana, 2005). Sedangkan menurut Lasa Hs, digitalisasi adalah proses pengelolaan dokumen tercetak/printed document menjadi dokumen elektronik dan transformasi digital ini sangat komprehensif dari keseluruhan aspek baik melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan tekhnologi konvensional, yang menekankan definisi kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi yang dimana seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.

Seyogyanya metode edutainment yang diterapkan oleh beberapa museum yakni menjadikan pendidikan sekaligus hiburan juga harus dipertahankan dan dikembangkan. Sebab hal tersebut juga senada dengan trend global dalam manajemen warisan budaya nenek moyang leluhur bangsa. Termasuk institusi -- institusi yang heritage di Indonesia juga harus berupaya melibatkan elemen masyarakat yang semakin kehari menuntut kemajemukan dan keberagaman acara interaktif yang lebih menarik khususnya melalui daring virtual dewasa ini.

Sehingga peran museum terhadap generasi z di masa pandemik dan era digital ini didukung penuh oleh semua komponen baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam merawat ingatan sejarah bangsa guna membentuk karakter bangsa yang berbudi pekerti, mulia dan beradab. Ingat jika bangsa ini ingin besar maka pemuda/i di negara ini harus memahami dan menghargai sejarah bangsanya, agar kelak dikemudian hari mereka tidak lupa dengan identitas bangsa dan jati dirinya. Mari bersama-bersama merawat ingatan sejarah itu dengan mengajak keluarga, teman, dan kerabat dengan bersama sama mengunjungi museum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun