Mohon tunggu...
Imam Mawardi
Imam Mawardi Mohon Tunggu... -

Lahir di Lamongan, pernah tinggal di Bojonegoro, Yogyakarta, Kediri, Madiun dan Bandung dalam rangka belajar kehidupan. Sekarang tinggal di Magelang bersama keluarga... mengajar dan belajar selalu di sekolah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sukses Belajar: Transformasi Ilmu dan Ridla Allah SWT

13 Mei 2010   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:14 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar menjadi kewajiban bagi setiap muslim tidak memandang status gender, kaya-miskin, muda-tua, ataupun status sosial yang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”(HR. Muslim), hal ini menuntut bahwa belajar menjadi syarat mutlak setiap muslim, karena dengan belajar akan menjadikan seseorang memahami segala pernik kehidupan dan mampu mengambil makna darinya.

Salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada manusia adalah kemampuan untuk belajar, apalagi satu potensi yang diberikan kepada manusia bukan pada makluk yang lain adalah kemampuan berfikir. Di samping itu juga bagaimana Allah swt sebagai Rabby, Sang Maha pendidik memberi satu anugerah yang sangat berharga dengan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ilmu seperti cahaya, yang membawa manusia keluar dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu belajar menjadi sebuah kebutuhan manusia. Untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya dibutuhkan belajar. Untuk meningkatkan taraf hidup dibutuhkan belajar. Tentunya di sini belajar menjadikan manusia sangat berarti baik dalam hubungannya dengan kepentingan sendiri maupun orang lain dapat mengambil manfaatnya.

Belajar salah satu indikatornya adalah membaca. Dengan banyak membaca akan memabuka jendela dunia, membuka pintu pengetahuan, memperluas wawasan, menguatkan kebijaksanaan, memperbanyak bersyukur dan meningkatkan keimanan. Allah swt berfirman: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang telah menciptkan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS Al-Alaq: 1-5).

Syarat utama dan terpenting untuk bisa belajar dengan baik dan mampu mengambil hikmah di dalamnya agar mendapatakan kesuksesan yang penuh berkah adalah memantapkan niat dan tujuannya. Niatnya harus tulus ikhlas dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt. Tujuannya pula tidak lain adalah sebagai bentuk ibadah untuk mencari keridlaan Allah Swt dan bisa memberikan kemanfaatan bagi kehidupan manusia. Jika niat dan tujuan telah tertata dengan baik dan penuh semangat serta tawadlu’, Allah akan menuliskan pahala padanya dalam setiap langkahnya ketika menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa berjalan di jalan untuk mencari ilmu, Allah akan menunjukkannya jalan diantara jalan menuju surga” (HR. Bukhari).

Setiap kebaikan yang diberikan akan berdampak terhadap kebaikan pula, demikian pula sebaliknya dari keburukan yang ditanamkan akan berdampak pada keburukan pula. Dalam hal belajar orientasi semata-mata untuk keb aikan baik untuk kebaikan diri sendiri, maupun bagi orang lain dan alam tentunya. Allah swt berfirman: Barangsiapa melakukankebaikan walau sebesar biji zarrah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa melakukan keburukan walaupun sebesar biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).

Tujuan harus benar dalam belajar, karena apabila bukan karena mencari ridla Allah, akaibatnya akan fatal. Mungkin saja tujuannya hanyalah mencari gagah-gagahan, mencari kekuasaan, harta, status social, mempermainkan orang-orang yang lemah, atau kesombongan-- fenomena saat ini banyak terjadi dari para cendekiawan adalah “egoisme intelektuial” dimana ketika berargumen tidak mau dikalahkan dan selalu memberi justifikasi benar terhadap apa yang dikatakan. Orang yang seperti ini adalah dianggap gagal dalam dialektika keilmuan sendiri apalagi di mata Allah swt, tiada gunanya apa yang dipelajari selama ini, tiada manfaat yang dapat diperolehnya. Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dicari untuk mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla, (tetapi) dia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan sesuatu dari dunia, dia tidak akan mendapatkan aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Bukhari). Juga sabdanya: “Barangsiapa menuntut ilmu untuk menyejajari orang-orang berilmu, atau untuk mempermainkan orang-orang bodoh, dan memalingkan wajah orang kepadanya, Allah akan memasukkannya ke neraka.”Hal ini berlaku tidak hanya untuk ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu umum, misalnya kedokteran, teknik, pendidikan, ekonomi dan lain sebaganya,

Semoga kita tergolang orang-orang pembelajar yang diridlai Allah SWT, oleh karena itu mulai saat ini meluruskan niat dan tujuan sehingga dapat menemukan hakekakat cahaya ilmu dengan kemanfaatan yang sempurna di sisi Allah swt. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun