Mohon tunggu...
mawar firdausi
mawar firdausi Mohon Tunggu... -

Saya lahir dan besar di Malang. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang tahun 2008, dan sekarang menjadi penerjemah. Hobi jalan-jalan dan makan, tapi ngga bisa gemuk. hehehe. Suka fashion, dan ga tahan lihat baju imut yang harganya murah atau lagi diskon. hihihi. Sedang banyak belajar memperbaiki diri, dan rajin menabung, untuk bekal "nanti". Periang, dan kata-kata yang paling sering diucapkan: "SEMANGAAAAAAAT!!"

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Puri dan Kenanganku dengan FAM

2 November 2009   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 3260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Air mataku meluruh lagi. Sudah kesekian kalinya hari ini, setelah mendapat berita dari Dr. Anugra tentang perginya Puri, rekan kompasioner muda yang sangat tegar dan dewasa dalam menghadapi kanker yang menggerogoti tubuhnya. Seketika aku teringat akan kepedihan, kesedihan saat menerima hasil diagnosis dokter hampir dua tahun lalu. Juli - Akhir 2007 "Ini tumor, Mbak. FAM. Fibroadenoma Mammae. sudah gede loh, kira-kira 1,5 senti. Kalau bisa segera dioperasi ya. Kalau nggak segera dioperasi, nanti bisa tambah besar dan jadi kanker.." ujar Dokter Faisal. Deg. Aku terkejut, terguncang. Air mataku tumpah. Kulangkahkan kakiku keluar dari ruangan, menghampiri teman-temanku yang menunggu dengan cemas. Berat. Gimana bilangnya ke Umi Abi? Aaargh.* Sesaat setelah periksa, dengan berbekal keyakinan, aku memutuskan menunda operasi karena ingin mencoba jalan alternatif. Kebetulan, Umi distributor salah satu produk obat dan suplemen. Awalnya, aku merasakan perkembangan yang cukup menggembirakan. Benjolan itu mengecil, dan [rasanya] seolah terbelah jadi dua. Bodohnya, aku kemudian menghentikan konsumsi suplemen itu. Aku mulai larut lagi dalam kesibukan. Kerja 9to5, kuliah, ngelesi. Mulai makan makanan aneh-aneh lagi. Mulai bandel lagi, malas makan buah dan minum banyak air putih. Benar-benar kebodohan, huhuhu. Februari 2008 Suatu ketika, saat berkaca, aku melihat kulit di bagian benjolan itu berkeriut. Pori-porinya membesar seperti kulit jeruk. Terlihat ada gumpalan daging yang menonjol di sana. Padahal sebelumnya benjolan itu ada di dalam, hanya terasa kalau diraba dengan sedikit ditekan. Allahu Akbar. Tak kusangka, dalam selang waktu 4 bulan, diameter benjolan itu sudah sebesar 2,5 senti. Aku jadi ragu, apa benar ini tumor jinak? Kalau tumor jinak, kenapa membesarnya bisa secepat itu? Padahal sebelumnya sudah sempat mengecil krn obat alternatif loh. Entahlah. Gimana iniiii? Aku seketika panik. Nggak ada cara lain, harus segera operasi! Aku nggak mau di-mastektomi kaya ibunya Mas Tece! Aku masih muda, belum nikah, masa mau jadi susi (pinjam istilah Puri, :D)? Tidaaaaaaaaaak!! Akhirnya aku memulai lagi rutinitas periksa rutin ke RSU. Minta izin bolos dr kantor, setiap Senin dan Rabu. Berjubel di Poli Onkologi, berdesakan dg orang-orang dengan benjolan di mana-mana. Keinginanku untuk segera operasi sempat hilang, setelah mendengar ada pasien kanker yang harus menunggu 8 bulan untuk operasi. Ada juga pasien kanker laring yang harus rela antri jadwal hingga 11 bulan. Lah trus aku kapan? Kalau nunggu jadwal segitu lamanya, bisa-bisa ni benjolan bisa jadi segede baskom. waah. [lebai,hehe] Alhamdulillah, aku langsung dapat jadwal tepat seminggu sesudah kontrol terakhir, tanggal 6 Maret 2008. Syukurlah aku nggak perlu menunggu berbulan-bulan seperti pasien kanker lainnya. :D 6 Maret 2008, Hari operasi. Di ruang tunggu operasi, aku diberi baju khusus dan penutup kepala. Sebisa mungkin aku menyembunyikan kepanikan dan rasa gugup. Tapi ya gimana lagi, kegugupanku tetap terlihat, wong memang takutnya bukan main. Bersamaku, ada bocah laki-laki dengan tumor mata, bapak-bapak yang akan operasi batu ginjal [kalau ngga salah], dan adik kecil yang akan operasi khitan. Namaku dipanggil. Perawat mengira namaku itu nama kamar paviliun. hahaha. Lumayan, jadi dapet pelayanan ekstra. hehehe. Benang pun dipilih benang kosmetik yang lebih mahal. Nderedeg, pasti. Aku diminta berbaring di meja operasi. Bajuku dibuka, lalu ditutupi kain, hanya menyisakan lubang kecil di payudaraku. Wah, mukaku ketutupan, padahal aku ingin melihat prosesnya secara langsung, hehehe. Waktu disuntik bius, wadaaaoow, sakit sekali. Tapi setelah itu ngga terasa apa-apa. Hanya terdengar suara dokter berbincang dg para dokter muda, menjelaskan ttg FAM dan prosedur pengangkatannya. Wah, aku jadi ajang praktek percobaan, pikirku, hehehe. Terdengar celetuk Pak Dokter, "Wah, tumornya cantik, ada selaputnya, jadi gampang diambil." Heran, kok ada tumor cantik? Hahaha. Alhamdulillaaah, mungkin ini karena suplemen yang diberikan Umi. Tidak lama, operasi selesai. Penasaran, aku meminta Dokter menunjukkan jaringan yang diambil. Wuah, gede ternyata. Ada dua, masing-masing sebesar ibu jari. Alhamdulillah, belum terlalu terlambat untuk mengangkatnya. Jaringan itu dikirim ke lab untuk dilakukan biopsi, yang hasilnya bisa diambil 3 hari kemudian. Sayang, sampai tanggal itu terlewat, tidak ada anggota keluarga yang ingat. Jadi dibuanglah hasil biopsi itu, huhuhu. Mudah-mudahan bukan ganas, deh. Amiin.. Meski sudah diangkat, aku masih khawatir. Gara-garanya, kata salah satu dokter yang menanganiku saat kontrol pasca operasi, FAM bisa tumbuh lagi, bisa juga risiko kanker. Hwaah. Tapi ngga papa de, mungkin dengan ini aku diingatkan untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih teratur lagi menata hidupku. Jaga diri, jaga kesehatan, dan selalu melakukan yang terbaik. Alhamdulillah, aku memiliki sahabat dan keluarga terbaik, yang selalu ada di sampingku setiap saat. Aku juga masih punya mimpi-mimpi dan rencana yang ingin segera kuraih. Jadi, semangaaaat! Ingat salah satu pesan Puri: Tetep semangat!!! ^^ masi banyak yg bs dlakuin drpd skedar nangis…Iya kan? Kan kan? Iya dux…. ^_^ [Oh iya, sering-sering SADARI ya..Penting tuh.] *)Saat itu memang aku tidak diantar orang tuaku. Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang rencana periksa ke rumah sakit. Pagi itu teman-teman se-geng langsung menjemputku begitu saja. Biar surprise, katanya. Thanks, kawan, what a great surprise. Kalau tidak [terpaksa] berangkat periksa, aku tak tahu apa jadinya sekarang. Love you Guys. :-) Pesan Sigit, salah satu temanku: Ngapain bingung? Tumor kan cuma nama seremnya kutil. Hahaha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun