Sejarah masuknya Bangsa Jepang di Kota Kendari telah ramai dibahas publik. Melalui peninggalan sejarah seperti misil perang, terowongan untuk berlindung (Bungker), juga pacuan pesawat terbang hingga cerita dari mulut ke mulut. Banyak cerita beredar bahwa zaman itu menjadi hari suram bagi masyarakat Sulawesi Tenggara. Bagaimana tidak?oleh tentara Jepang, rakyat dipaksa untuk bekerja tampah upah. Sadah banyak penelitian di kampu-kampus yang mendukung bukti kedatangan Jepang di Kendari.Â
Tidak perlu dijabarkan penelitian kampus ini, karna tulisan ini tidak berfokus pada berapa banyak peninggalan sejarah Jepang yang ada di Kota Kendari, Melainkan apa yang harus kita pelajari di massa penjajahan?
Jepang yang menjajah Indonesia pada tahun 1942 sampai akhirnya menyerah tanpa syarat terhadap sekutu di tahun 1945, menjadi momok yang tak pernah habis diceritakan. Jepang sendiri menduduki Kendari pada 26 Januari 1942 setelah terlebih dahulu menguasai selat Makassar pada 10 Januari 1942 dan Maluku 20 Januari 1942. Dengan serangan kilatnya, maka dalam tempo sebulan saja Jepang telah menguasai kawasan timur Indonesia.
Di bawa pimpinan Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, masuk di Indonesia tahun 1942 sampai seterunya di Kendari ditahun yang sama pula. Masuknya Jepang di Kendari berkaitan dengan rentetan serangan pada tanggal 7 Desember 1941, yang menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawai. Dengan sisa kekuatan Angkatan Laut yang dimiliki Jepang mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, dan berlanjut ke Pulau Jawa.
Meski Jepang menduduki Kendari pada 26 Januari 1942, namun berdasarkan dari sumber sejarah yang dirujuk dari buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara karya Burhanudin dkk, mencatat pada tahun 1920 sudah ada beberapa orang Jepang yang bermukim di Kendari. Orang-orang Jepang tersebut dicurigai menjadi agen intelijen yang memantau situasi politik pemerintah Hindia-Belanda dan juga mempelajari letak geografis Kota Kendari. Berdasarkan informasi lengkap yang diperoleh dari intelijen, maka dengan sekejap Jepang dapat menyingkirkan dominasi Belanda di Sulawesi Tenggara dan membangun pangkalan militer.
Tujuan Jepang di Kendari
Kedatangan Jepang di Kendarni menjadi momok bagi pemerintah Hindi-Belanda yang berkuasa pada saat itu. Belanda yang tidak berdaya membendung tentara Jepang akhirnya memilih mundur dan bermukim di Australia.  Lemahnya tentara Hindia-Belanda disebabkan efek dari Perang Dunia I, dimana Jerman telah menduduki Belanda saat itu.
Kota Kendari didarati oleh pasukan jepang dengan tiga armada. Ketiga armada ini tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari pasukan Belanda.  Pasukan Jepang dari Sampara misalnya, dalam perjalanannya sempat mendapatkan perlawanan dari Tentara Kerajaan Hindia-Belanda (KNIL dalam istilah belanda) sempat menghalau masuknya Jepang di Kendari, namun bagi Jepang dengan tentaranya yang solid mudah saja menuntaskan masalah tersebut.
Kendari memang sangat penting peranya agar mewujudkan obsesi Jepang untuk menguasai samudera Hindia dan samudera Pasifik. Letak Kota Kendari sendri berhadapan langsung dengan Australia, sehingga dengan mudah Jepang dapat memantau pergerakan sekutu. Setelah menduduki Kota Kendari, Jepang lalu menuju lapangan terbang Kendari II yang letaknya sejauh 30 KM dari pemukiman awal mereka (di teluk Kendari). Dengan cepat
Jepang menyulap Kendari menjadi kota pertahanan militer yang memegang peran dalam kelangsungan ambisi fasis jepang. Kendari selain basis komando juga tempat bengkel dan docking serta gudang perbengkelan atau peralatan untuk tentara Jepang. Setelah berhasil mengusir belanda dari Kendari, Jepang akhirnya menguasai Sulawesi Tenggara sepenuhnya. Tidak cukup sampai di situ saja, demi melegitimasi kekuasaannya Jepang lalu membentuk sistem pemerintahan sipil dengan tidak menghilangkan system Hindia-Belanda sebelumnya. Kendati sistem itu dalam bentuk sipil, namun kenyataannya pemerintahannya penuh ketegasan dengan segalah tindakan tertuju kepada kesuksesan perang, sehingga terkesan dalam suatu pemerintahan fasis.
Jepang masuk di Indonesia bukan saja karena ambisi perang dan obsesi kekuasaan, tapi juga tujuan propaganda untuk melegitimasi kekuasaannya. Dengan tiga slogan propagandanya yang populer, yakni Jepang cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang pemimpin Asia, sehingga Jepang dikenal sebagai macan Asia dan juru selamat bagi rakyat Indonesia saat itu.