[caption caption="Buah jagung muda saat berumur 60 - 75 hari"][/caption]
Kalau di saat musim kemarau umumnya para petani kesulitan mencari pasokan air untuk irigasi (pengairan) sawah atau ladang mereka maka di musim hujan seperti sekarang ini air tersedia dalam jumlah berlimpah bahkan saking banyaknya sampai-sampai membanjiri (menggenangi) areal sawah atau pertambakan milik mereka.
Sebagian petani mulai tanggap, mereka menyiapkan drainase (saluran pembuangan air) yang tepat untuk areal sawahnya agar kelebihan air akibat hujan deras belakangan ini tak merusak sawah atau tambak mereka.
Bagi sebagian petani kecil di Desa Driyorejo, Gresik- Jawa Timur, musim kemarau atau hujan sebenarnya tak menjadi persoalan. Di musim kemaraupun para petani itu masih bisa bercocok tanam dengan mengandalkan pasokan air dari pembuangan rumah-rumah warga yang ditampung dalam kolam dekat persawahan mereka.
[caption caption="Tanaman jagung berumur 10 hari"]
[caption caption="Tanaman jagung berumur 20 hari"]
[caption caption="Tanaman jagung berumur 30 hari"]
[caption caption="Sistem tumpang sari yang dikembangkan Muslimin dan petani Driyorejo lainnya"]
[caption caption="Pak Muslimin dengan tanaman jagungnya"]
Jagung merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak diusahakan oleh para petani Desa Driyorejo – Gresik di musim hujan ini. Tanaman jagung termasuk tanaman semusim (annual crop) yang bisa dipanen pada umur 60 sampai 90 hari.
Menurut Pak Muslimin (68 tahun), salah satu petani Desa Driyorejo – Gresik, jagung sudah mulai berbuah pada umur 45 hari sejak tanam benih. Umur 60 - 75 hari jagung muda sudah bisa dipanen. Agar dihasilkan jagung pipilan (biji) kering maka tanaman bernama ilmiah Zea mays itu masih harus ditunggu hingga umurnya 90 sampai 105 hari.