[caption caption="Macam-macam gerabah dalam etalase"][/caption]Kota Tegal sebagai salah satu kota di Jawa Tengah dikenal masyarakat luas bukan hanya karena bahasa ngapak-ngapaknya yang khas dan terdengar lucu saat diucapkan. Kota Tegal ternyata dulunya merupakan kota yang punya andil besar sebagai cikal bakal tempat berdirinya Korps Marinir Indonesia.
Pernah suatu ketika di awal Februari 2015 saya berkesempatan ke Jakarta. Perjalanan yang sedianya saya rencanakan dengan menggunakan transportasi berupa kereta api itu ternyata gagal gegara tiket kereta sudah habis. Meski tak mendapat tiket kereta api tapi saya tak menyerah begitu saja. Sayapun akhirnya berinisiatif naik bus walau harga tiketnya lebih mahal.
Perjalanan naik bus ke Jakarta memang lumayan nyaman, sayangnya perjalanan menjadi lebih lama karena bus sering berhenti. Sebagus apapun busnya mungkin tidak akan selancar kalau naik kereta api. Bus beberapa kali harus berhenti karena setopan lampu lalu lintas, kadang sang sopir sengaja memberi kesempatan para penumpang untuk beristirahat atau sekedar ke toilet.
[caption caption="Asbak khas Tegal"]
Ada beberapa model gerabah yang dipajang di etalase toko itu diantaranya asbak, cobek dan poci lengkap dengan gelasnya. Poci khas Tegal dari tanah liat namanya sudah santer terdengar. Satu paket poci biasanya terdiri dari sebuah poci, tiga gelas dan tatakan (nampan).
Harganya bervariasi, poci berukuran kecil dibandrol dengan harga 35 ribu. Sementara untuk satu set poci harganya 90 ribu rupiah. Asbak kecil 25 ribu, yang berukuran lebih besar dihargai 45 ribu rupiah.
[caption caption="Poci dan perlengkapannya"]
Konon teh yang diseduh dalam poci tanah liat lebih nikmat rasanya dan nggak cepat basi. Untuk mendapatkan rasa teh yang khas, sebagian orang (penikmat teh) lebih memilih menambahkan pemanis dari gula batu ketimbang gula pasir.
Bahasa Tegal jadi Inspirasi Pelawak dan Selebritis
Masih ingat pelawak kondang Parto grup Patrio yang sering muncul di televisi? Parto dalam melawak tak jarang mengungkapkan banyolannya itu dengan menggunakan bahasa ngapak-ngapak yang terdengar lucu. Tak pelak para penonton dibuat terpingkal-pingkal dengan aksi Parto yang menggunakan bahasa khas Banyumasan itu.
Sinetron berjudul Tuyul dan Mbak Yul yang beberapa tahun lalu sempat tayang di televisi, salah satu tokoh tuyul bernama Pampam yang sekaligus rival (musuh) bebuyutan tuyul Ucil juga tak jarang menyebut dirinya “inyong” yang berarti saya itu juga diadopsi dari bahasa ngapak (Banyumasan).