Lautan pasir Bromo pada hari Sabtu, Minggu atau long weekend apalagi saat liburan hari besar tiba selalu terlihat dibanjiri wisatawan. Masyarakat asli Suku Tengger maupun pendatang melihat hal itu sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Mulai jasa penyewaan jeep hard top, sepeda motor trail, kuda, penjual bensin, suvenir serta makanan dan minuman juga toilet hampir semuanya dikuasai oleh warga asli Tengger yang bermukim di daerah-daerah sekitar Gunung Bromo. Gunung Bromo bukan sekedar gunung berapi aktif tempat bersemayamnya Dewa Brahma namun lebih dari itu, gunung yang menjadi magnet wisatawan dunia itu selama ratusan tahun telah menjadi berkah bagi kehidupan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya.
Warga asli Tengger meraup rupiah untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari mereka dengan cara berjualan makanan atau minuman. Tak hanya itu mereka juga menyediakan bensin eceran untuk para wisatawan. Untuk satu liternya mereka jual dengan harga 12 ribu rupiah. Suvenir berupa kaos ber-ikon Bromo mereka bandrol dengan harga 50 ribu untuk 3 helai kaos. Yang paling menguntungkan mungkin usaha penyewaan jeep hard top. Untuk rute paling lengkap, dari parkiran mobil di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari hingga ke tempat-tempat menarik seperti Penanjakan, Bromo, padang savana (bukit teletubies) dan pasir berbisik dikenakan biaya berkisar antara 600 sampai 700 ribu rupiah, tarifnya pasti lebih mahal lagi pada hari libur Natal dan tahun baru atau Idul Fitri.
Jeep-jeep berhenti di parkiran khusus yang ada di padang pasir. Saat hendak menuju Pura Poten Luhur atau Gunung Bromo, wisatawan disambut oleh warga yang menyewakan kuda. Dari parkiran jeep sampai parkiran kuda di kaki Gunung Bromo ongkosnya 125 ribu perorangnya. Selanjutnya wisatawan atau penjelajah Bromo berjalan kaki menaiki trap-trap tangga yang terbuat dari bahan cor-coran semen menuju kawah. Ada sekitar 200-an trap tangga yang harus dilewati agar bisa menyaksikan kawah Bromo yang masih aktif itu.
Tidak semua wisatawan menggunakan kuda untuk menuju Bromo. Malahan wisatawan asing (Eropa dan Amerika) lebih menyukai berjalan kaki dari parkiran jeep menuju puncak Bromo untuk melihat kawah aktifnya. Wisatawan yang membawa sepeda motor sendiri bisa langsung memarkir kendaraan roda duanya di parkiran motor yang berada tidak jauh dari trap-trap tangga naik itu.
Warga asli Tengger tak mau menyia-nyiakan peluang yang ada. Tak jarang mereka juga menyewakan sepeda motor trail miliknya kepada para wisatawan. Biaya sewa satu motor trail berkisar antara 125-150 ribu. Para wisatawan yang ingin berburu oleh-oleh berupa kaos khas Bromo atau rangkaian bunga edelweis juga bisa didapatkan di padang pasir itu. Untuk edelweis dijual dengan harga 10 hingga 15 ribu perikatnya. Toilet juga tersedia di area padang pasir. Untuk sekali masuk cukup dengan hanya membayar 2 ribu rupiah. Selain bersih, airnya juga dingin suegerrr.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI