Dua tim raksasa dalam ajang persepakbolaan Amerika atau yang dikenal dengan Copa America Centenario 2016, antara Argentina dan juara bertahan tahun lalu, Chile akan bertarung pada tanggal 27 Juni 2016 mendatang sekitar pukul 06.30 pagi WIB. Pertandingan yang sedianya akan berlangsung di Met Life Stadium, East Rutterford - New Jersey - Amerika Serikat itu akan memperebutkan gelar juara Copa America pada tahun ini.
Argentina masih membuktikan dirinya sebagai tim yang tangguh. Pada pertandingan perempat final yang disiarkan Kompas TV pada 23 Juni 2016 pukul 08.00 WIB dan disiarkan langsung dari Houston, Texas – Amerika Serikat itu berhasil menekuk tim tuan rumah Amerika Serikat (AS) dengan skor telak 4-0. Pemain andalan Argentina seperti Lavezzi berhasil membobol gawang kesebelasan AS pada menit ke-3. Gol kedua Argentina dicetak pemain terbaik dunia lima (5) kali, Lionel Messi pada menit ke-32. Ujung tombak Argentina lainnya, Gonzallo Higuain berhasil menyarangkan bola ke gawang AS dua (2) kali berturut-turut masing-masing pada menit ke-50 dan ke-86.
Kemenangan tim Argentina itu mengantarkannya melaju ke babak semi final berhadapan dengan Venezuela. Lagi-lagi Argentina yang pernah menjadi juara Copa America 1993 yang kala itu dimotori Gabriel Batistuta masih membuktikan dirinya sebagai tim yang solid dengan banyak pemain handal. Pada duel itu, kesebelasan yang diarsiteki Gerardo Martino akhirnya berhasil menundukkan Venezuela 4-1. Dua gol pertama dicetak dengan manis oleh Gonzallo Higuain sedangkan gol ke-3 dan ke-4 berturut-turut diciptakan oleh sang bintang Lionel Messi dan pemain muda Erik Lamella. Tim kesebelasan Venezuela berusaha memperkecil kekalahan, melalui tendangan manis Sallomon Rondon akhirnya gawang yang dijaga Sergio Romero itu kebobolan satu gol.
Chile sebagai sang juara bertahan memang tak bisa dianggap remeh. Kubu kesebelasan negara yang beribukota di Santiago itu dikawal oleh pemain-pemain penyerang tangguh seperti Alexis Sanches, Jean Beausejour, Jeisson Vargas dan Arturo Vidal. Pemain Chile berpenampilan eksklusif Vidal dengan rambut dicukur mirip “benhur” dikenal sebagai otak (pengatur) penyerangan. Setiap ia memberikan umpan bola yang akurat dan menusuk ke jantung pertahanan selalu ditakutkan oleh lawan-lawannya. Jelas menjadi momok bagi tim kesebelasan Argentina pada pertandingan final nanti. Banyak pengamat persepak-bolaan menduga-duga kalau tim kesebelasan Chilelah yang bakal memenangkan pertandingan pada kejuaraan Copa America tahun ini.
Sebagai seorang yang ngefans berat dengan tim Argentina jelas saja saya menjagokan kesebelasan negara yang beribukota di Buenos Aires itu. Masa kecil saya sudah mengenal nama-nama beken kesebelasan Argentina seperti Mario Kempes dan Daniel Pasarella, keduanya meniti karir pada kurun waktu antara 1974-an hingga 1986-an. Saking ngefansnya dengan kesebelasan Argentina sampai-sampai kalau kita sedang bermain sepak bola dengan sesama teman kecil waktu itu, kaos berwarna putih strip biru khas tim Argentina dengan nomer punggung 10 yang biasa dikenakan Maradona selalu saya pakai. Beberapa tahun setelah masa kejayaan Mario Kempes munculah mega bintang muda, Diego Armando Maradona pada kisaran tahun 1977-an.
Maradona menjadi legenda tim Argentina, saya masih ingat ketika tim Argentina berhasil mengalahkan Inggris pada perempat final piala dunia tahun 1986 di Meksiko. Gol yang dicetak pemain berpostur pendek-gempal kebanggaan masyarakat Argentina dan dunia itu mengundang kontroversi karena menggunakan tangan kirinya. Tapi pemimpin pertandingan saat itu mengesahkannya. Gol itu ia namakan “gol tangan Tuhan”. Tentu saja hal itu menyulut ketidakpuasan tim kesebelasan atau bahkan masyarakat Inggris pada umumnya. Kedua negara itu kebetulan seteru bebuyutan pada Perang Malvinas pada tahun 1982. Tim Argentina yang waktu itu diarsiteki Carlos Bilardo akhirnya berhasil menjadi juara dunia pada tahun 1986 setelah berhasil mengalahkan Jerman Barat dengan skor 3-2. Oleh federasi sepak bola dunia (FIFA), Maradona dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia.
Waktupun terus berjalan, setelah debut karir Maradona kemudian muncul lagi pemain-pemain hebat nan kondang yang mengawal tim kesebelasan Argentina, mereka itu ialah Jorge Valdano, Oscar Ruggeri, Jorge Burruchaga, Claudio Caniggia, Sergio Goycochea, Diego Simeone dan Gabriel Batistuta. Setelah sempat tenggelam sejak kemenangan Argentina pada Copa America 1993 yang lalu kini tim itu mulai bangkit kembali. Melalui ujung tombak Lionel Messi, Lavezzi, Gonzallo Higuain, Erik Lamela, Angel Di Maria dan kawan-kawan berupaya keras menundukkan tim yang familiar dengan kostum warna merah Chile.
Ezequiel Lavezzi kemungkinan besar tidak bisa bergabung dengan tim Argentina di final nanti karena menderita cidera pada tulang sikunya. Itu terjadi saat ia menabrak papan iklan karena mencoba menyundul bola yang melambung tinggi. Nasib sial, saat mundur ke belakang untuk mengantisipasi bola tanpa ia sadari badannya menabrak papan iklan yang ada di pinggir lapangan dan badannya terbalik hingga kedua kakinya melayang. Tim medis mengatakan kalau tulang sikunya mengalami keretakan.
Harus diakui tim yang punya julukan albiceleste karena suka mengenakan kostum warna putih dan strip biru laut itu identik dengan nama besar Lionel Messi. Banyak pengamat sepak bola bahkan pelatihnya sendiri menyebut Messi sebagai penerus Maradona karena gaya bermainnya mirip. Messi sering bermain dengan kaki kirinya (kidal) namun tetap gesit dan lincah, postur tubuhnya kurang lebih sama dengan pendahulunya Maradona, sehingga para pemerhati menyebutnya dengan istilah messidona.
Lionel Messi memiliki skill individu yang mengagumkan. Ia bisa berada di posisi manapun, sebagai striker (penyerang), pemain sayap atau eksekutor tendangan pinalti ia memang jagonya. Tak berlebihan bila ia dikukuhkan sebagai pemain terbaik dunia 5 kali berturut-turut. Sebagai pemain terbaik pastinya ia digaji dengan sangat mahal. Gaji pemain kelahiran 24 Juni 1987 yang kini dikontrak club Barcelona itu bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta dolar, bahkan kabarnya mengungguli pemain besar lainnya seperti Cristiano Ronaldo dan David Beckham.
Meski sebagai bintang bergaji sangat mahal tak lantas menjadikan Messi lupa diri dan sombong, sejak tahun 2007 ia mendirikan yayasan Leo Messi Foundation yang bertujuan membantu pendidikan anak-anak kurang mampu. Pada tahun 2010 ia diangkat menjadi duta lembaga tinggi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang secara khusus mengurusi masalah pendidikan anak-anak (unicef). Saat bergabung dalam tim Tango, Messi tidak bernafsu menggiring bola sendirian, ia yang kreatif tetap bijak mengatur dan mengoper bola kepada rekan-rekan setimnya yang juga memiliki skill bermain mengagumkan.