Mudik dengan sepeda motor inilah yang kini menjadi sorotan masyarakat dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Banyak orang terutama kalangan bawah memilih mudik dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dengan alasan selain murah juga praktis. Seseorang yang mudik dengan sepeda motor bisa berangkat langsung dari rumah, tidak perlu menunggu atau antri di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal. Saat jalanan macet karena penuh dengan mobil pribadi atau kendaraan besar lainnya, pengendara sepeda motor tetap bisa menjalankan kendaraannya melewati jalanan yang lebih sempit. Kata orang, naik sepeda motor bisa “sat-set-sat-set” (cekatan) dan tidak berlama-lama terjebak dalam kemacetan arus lalu lintas.
Sayangnya bermudik ria dengan moda transportasi sepeda motor sekalipun menggunakan helem tetap saja berisiko. Tidak sedikit benturan keras antar pengendara sepeda motor terjadi di jalanan dan berakibat pada timbulnya korban jiwa justru berasal dari pengguna sepeda motor. Kecelakaan itu kadang terjadi akibat kelalaian pengendara sepeda motor itu sendiri. Atau boleh jadi pengendara sepeda motor sudah waspada dan berhati-hati tapi ditabrak oleh pengemudi mobil atau kendaraan besar lainnya.,
Mudik dengan sepeda motor hanya cocok untuk keluarga kecil, dua orang dewasa dan satu anak kecil dengan umur di bawah 12 tahun. Selain rawan terhadap terjadinya kecelakaan, mudik dengan sepeda motor (maaf) juga kurang nyaman, anak kecil yang tidak tahan angin akan mudah mabuk hal itu tentu menjadi kendala tersendiri saat mudik.
Meski bermudik ria dengan menggunakan sepeda motor dinilai cukup fleksibel terhadap kemacetan lalu lintas namun ketika jalan yang dilewati penuh sesak dengan sesama pengguna sepeda motor alias macet total maka tetap saja mudik dengan sepeda motor menjadi kurang nyaman.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memfasilitasi para pemudik yang biasa menggunakan sepeda motor dengan program mudik gratis. Program mudik gratis dinilai sangat efektif (berhasil) itu terlihat dari menurunnya angka kecelakaan yang cukup signifikan sejak diterapkannya program itu beberapa tahun lalu.
Jumlah pemudik yang begitu banyak dan selalu bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk itu tentu saja tak akan tertampung dengan program mudik gratis yang sedang dijalankan Kemenhub. Pemudik sepeda motor yang mengikuti program mudik gratis jumlahnya dibatasi sesuai kuota yang ditetapkan Kemenhub.
Untung saja ada lembaga atau pihak-pihak tertentu yang tergerak hatinya, mereka menyediakan bus-bus untuk membantu para pemudik yang ingin kembali ke kampung halamannya secara gratis. Bagaimanapun juga bermudik ria dengan bus atau mobil masih relatif lebih aman ketimbang menggunakan sepeda motor. Kemungkinan terburuk bila timbul kecelakaan, bodi mobil atau bus akan melindungi penumpang dari tabrakan yang terjadi, pengemudi atau penumpang mungkin saja masih bisa terselamatkan pada peristiwa kecelakaan itu.
Selain pihak-pihak tertentu yang dengan suka rela menyediakan bus untuk angkutan mudik gratis, saya juga sering melihat para pemudik memanfaatkan mobil saudara atau tetangganya. Mereka mudik bersama-sama karena tujuan yang sama atau kebetulan mobil yang ditumpangi melewati jalan (rute) yang sama. Saudara atau tetangga yang kita “nunuti” mobilnya itu tentu tidak keberatan, malahan mereka akan senang mengajak kita untuk menemani dalam perjalanan mudik itu. Bila perlu kita bantu ongkos bensin agar terasa ringan meski tak jarang mereka menolak sumbangan uang bensin dari kita itu.
Mudik dengan nunut (nebeng / numpang) mobil saudara atau tetangga dengan menggunakan mobil tertutup berupa minibus atau sedan tentu terasa aman dan nyaman apalagi kalau mobilnya dilengkapi air conditioned (AC). Sebagian orang, mudik dengan nunut mobil saudara atau tetangga yang menggunakan kendaraan bak terbuka (pick up) juga tak kalah aman dan nyamannya loh. Hanya saja mudik dengan mobil pick up itu perlu memakai jaket terutama untuk anak kecil, itupun untuk jarak yang tidak terlalu jauh. Bila perlu minum anti mabuk (pil antimo) terlebih dulu agar tetap nyaman meski terkena angin kencang.
Mudik dengan “nebeng” mobil saudara atau tetangga tak mengurangi “esensi” bermudik ria, kembali ke kampung halaman berkumpul besama orang tua dan saudara terkasih, saling maaf-memaafkan dan pastinya menikmati kue-kue atau makanan lebaran nan lezat. Apapun moda transportasi yang digunakan seseorang, yang jelas mudik selamat itulah yang didambakan setiap pemudik. Hanya kepada Tuhan sajalah kita memasrahkan keselamatan diri kita.
Mawan Sidarta (Facebook)