Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyegarkan Mata di Kampung Tanaman Hias Gresik

13 Mei 2016   21:05 Diperbarui: 13 Agustus 2016   12:35 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual adenium di Desa Miru, Kedamean - Gresik (dok.pri)

Kota Gresik di Jawa Timur yang selama ini identik dengan sektor perindustriannya ternyata memiliki sebuah kampung tanaman hias yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Perkampungan yang mayoritas warganya hidup dengan mengandalkan tanaman hias itu berada di Desa Miru, Kedamean – Gresik. Ketika pertama kali memasuki Desa Miru, pengunjung disuguhi pemandangan berupa cantiknya beraneka jenis tanaman hias yang dipajang di depan rumah. Hampir setiap halaman rumah warga Miru itu dijadikan show room beragam jenis tanaman hias.

Bila kita amati, tanaman-tanaman yang dikembangkan di perkampungan tanaman hias Punten (Malang) dan Pacet (Mojokerto) sedikit berbeda dengan yang dibudidayakan di daerah Miru (Gresik). Tanaman hias yang biasa dibudidayakan di daerah Malang dikenal dengan sebutan “Mbatuan” (dari kata Batu), dimana hampir semua jenis tanaman di kawasan itu memang sudah beradaptasi dengan udara sejuk pegunungan, demikian pula dengan beraneka jenis tanaman hias yang sudah dikembang-biakkan di daerah Pacet, Mojokerto. Sementara daerah Miru - Gresik cenderung beriklim panas. Jenis tanaman hias yang dibudidayakan di desa itu umumnya yang toleran dengan suhu udara panas tapi panasnya tentu tidak se-ekstrim seperti daerah gurun (Afrika). 

Dulu ketika sedang booming tanaman adenium (Kamboja Jepang) Desa Miru penuh dengan tanaman itu. Hampir semua warganya mengusahakan tanaman yang asalnya dari gurun di Afrika itu. Ketika musim anthurium, masyarakat di desa itu juga beramai-ramai mengembang-biakkan anthurium yang asalnya dari hutan Amazone itu. Singkat kata, jenis tanaman yang diusahakan warga Desa Miru tak jarang mengikuti perkembangan trend yang ada.

Kini ketika bisnis tanaman hias tidak segencar dulu, warga setempat mengusahakan hampir semua jenis tanaman hias. Bahkan tanaman-tanaman yang cocok untuk daerah beriklim sejuk sudah banyak dikembangkan di daerah Miru. Warga setempat menggunakan green house sederhana sebagai tempat budidaya agar kondisi suhu dan intensitas cahaya matahari terkontrol, mirip dengan keadaan di daerah pegunungan seperti Malang dan daerah Pacet, Mojokerto.

Ingin berburu tanaman hias, apapun jenisnya bisa Anda dapatkan di Desa Miru, Gresik. Mulai dari yang seukuran rumput sampai yang tingginya seperti pohon kelapa, semua bisa Anda temukan di kampung tanaman hias itu. Harganya juga terjangkau. Sebagai sentra tanaman hias, Miru sering dijadikan tempat perkulakan tanaman hias bagi daerah lain.

Kalau berburu tanaman hias langsung di kampungnya (sentranya) selain harganya lebih murah, setidaknya pembeli bisa melihat dan bertanya langsung kepada penjualnya yang nota bene memiliki pengetahuan cukup tentang tanaman hias tadi. Pembeli bisa saja berkonsultasi dengan penjual tanaman itu tentang bagaimana teknik perkembang-biakkan atau perawatannya. 

Selain itu bila berburu di sentranya jelas tersedia banyak pilihan jika dibandingkan kalau harus beli di toko atau lapak-lapak (dorong) tanaman hias. Tak hanya beraneka jenis tanaman hias, para warga Miru itu juga menyediakan bibit-bibit tanaman buah dan tanaman obat keluarga (toga).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun