Kota Gresik di Jawa Timur mengingatkan kita akan industri semen yang handal. Tak hanya semen, Gresik yang terletak di pantai utara Pulau Jawa itu juga memiliki industri pupuk dan kimia yang juga maju dengan pesat. Beberapa penyebar Agama Islam atau yang biasa kita kenal dengan sebutan wali, pusaranya juga ada di Kota Gresik lho.
Banyak masjid tua, pesantren dan mayoritas masyarakatnya memeluk Islam sehingga sebagian orang juga menyebut Gresik sebagai kota santri. Makanan atau minuman khasnya seperti legen, pudak, jenang ayas, jobong, nasi krawu dan masih banyak lagi menjadikan Gresik sebagai salah satu kota yang cukup dikenal di Indonesia bahkan kesohor sampai ke mancanegara.
Selama ini kebanyakan dari kita mengenal Gresik karena kota itu menjadi salah satu tempat penyebaran Islam untuk pertama kalinya di tanah air. Bukti itu bisa kita lihat di pusara Siti Fatimah binti Maimun yang berangka tahun sebelum datangnya Maulana Malik Ibrahim atau juga disebut Sunan Gresik dan wali sesudah beliau yakni Sunan Giri atau yang memiliki nama lain Raden Paku.
Seperti kota-kota lain di Indonesia, Gresik juga memiliki sebuah kawasan kampung lama atau istilah kerennya kota tua. Ya kalau di Jakarta, kota tuanya berada di kawasan Taman Fatahilah, tepatnya di Museum Sejarah Jakarta dan sekitarnya. Atau kalau di Surabaya bisa Anda saksikan di kawasan Jalan Pahlawan atau Jalan Rajawali Surabaya.
Melihat kota tua angan kita biasanya tertuju pada sekumpulan gedung-gedung tua dengan gaya arsitektur yang menawan hati. Tidak berlebihan sekali, kota tua biasanya sering dikaitkan dengan sebuah kawasan yang di kanan-kirinya penuh dengan bangunan kuno. Biasanya nih bangunan-bangunan itu merupakan warisan kolonial Belanda atau Jepang saat bercokol di bumi pertiwi tercinta ini. Atau bahkan warisan etnis Tionghoa atau Eropa saat mereka untuk pertama kalinya menetap di sebuah kota.
Sebagai kota tua Gresik juga memiliki banyak peninggalan masa lampau yang penuh dengan catatan sejarah dan jejak-jejaknya masih bisa kita saksikan hingga saat ini, seperti pelabuhan kuno yang sudah ada sejak masa kesyahbandaran Nyai Ageng Pinatih yang tak lain ialah ibunda angkat Sunan Giri. Sebagian lagi berada di tengah Kota Gresik tepatnya di kawasan Kampung Kemasan.
Kampung tua Kemasan sangat mudah dijangkau karena jaraknya tak begitu jauh dari pusat Kota Gresik, sekitar 1 kilometer dari alun-alun kota. Sebelum sampai di gerbang Kampung Kemasan, kita akan menyaksikan terlebih dulu dua kompleks bangunan tua berarsitektur menawan yang saling berhadapan. Bangunan tua itu berada di Jalan Nyai Ageng Arem-arem.
Karena perselisihan itu akhirnya kedua keluarga memutuskan untuk menempati (membangun) rumah dengan letak yang berseberangan. Bangunan kuno yang berlokasi di Jalan Nyai Ageng Arem-arem Gresik itu kini dikenal orang dengan nama rumah batik Gajah Mungkur karena di halamannya terdapat sebuah arca gajah dengan posisi membelakangi jalan.
Setelah melewati rumah kuno Gajah Mungkur, kemudian melanjutkan perjalanan lagi sekitar seratus meter kita akan menemukan gerbang Kampung Kemasan. Kedua kompleks bangunan lama itu berada di kawasan yang sama yakni jalan Nyai Ageng Arem-arem, Gresik - Jawa Timur.
Kampung kemasan merupakan gang atau perkampungan yang terdiri dari puluhan rumah kuno dengan gaya arsitektur yang keren. Beberapa bangunan kuno yang didirikan pada kisaran tahun 1900 an itu merupakan bangunan dua lantai, salah satunya milik H. Djaenoeddin bin H. Oemar. Lantai atas dimanfaatkan untuk budidaya burung walet, sementara lantai dasar untuk tempat tinggal beliau sekeluarga.