Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Bidadari di Telaga Pegat Gresik

17 Mei 2015   10:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_418019" align="aligncenter" width="500" caption="Salah satu sudut Telaga Pegat, Kebomas-Gresik-Jawa Timur"][/caption]

Ada satu tempat yang mungkin terlewatkan ketika Anda atau para peziarah mengunjungi pusara Sunan Giri di Gresik-Jawa Timur, yakni Telaga Pegat. Telaga ini dipercaya orang sebagai salah satu peninggalan Sunan Giri.

Namanya memang “sangar” (menakutkan). Pegat merupakan istilah Bahasa Jawa yang berarti pisah/cerai. Ada beberapa versi cerita yang berkembang di masyarakat Kebomas-Gresik tempat di mana telaga berada.

Dinamakan Telaga Pegat karena danau kecil ini menjadi pemisah antara Gunung Patireman dan Gunung Bagong. Saya juga belum tahu di mana letak yang sebenarnya dari kedua gunung itu.

Sumber lain menyebutkan kalau telaga ini sengaja dibangun Sunan Giri untuk memenuhi kebutuhan air para santri beliau. Mengingat kala itu santri sang sunan banyak sekali jumlahnya dan datang dari berbagai penjuru negri termasuk dari mancanegara.

Ada yang mengatakan kalau Telaga Pegat dulunya merupakan perwujudan kendil Sunan Giri. Untuk menghidupi para santri dan masyarakat sekitarnya, sang sunan membuatkan tempat nasi dari tanah liat (kendil). Ajaibnya, kendil itu sanggup menyediakan nasi dalam jumlah berlimpah dan tak pernah habis dimakan oleh para santri dan warga sekitarnya.

Terlepas dari benar-tidaknya kisah tentang Telaga Pegat yang beredar di masyarakat, yang pasti oleh Pemerintah Kota Gresik telaga yang kini kondisinya memprihatinkan itu dicanangkan sebagai salah satu warisan purbakala (cagar budaya) yang harus dilindungi.

[caption id="attachment_418020" align="aligncenter" width="400" caption="Keterangan di dinding pinggir Telaga Pegat"]

1431830937928905065
1431830937928905065
[/caption]

Menurut catatan sejarah, Telaga Pegat dibangun pertama kali oleh Sunan Giri pada tahun 1473 masehi. Paska kemerdekaan RI, telaga ini mengalami renovasi beberapa kali yakni yang pertama pada tanggal 17 Agustus 1955. Peresmian dilakukan oleh Bupati Surabaya pada saat upacara peringatan hari kemerdekaan RI yang ke-10. Tahun 1977 perbaikan kembali dilakukan.

Entah sudah berapa kali lagi pemugaran dilakukan setelah tahun 1977 itu sebab kondisinya masih terlihat biasa-biasa saja. Nyaris tak memperlihatkan sebuah telaga bersejarah yang sebelumnya telah dilakukan upaya renovasi sampai beberapa kali itu.

[caption id="attachment_418021" align="aligncenter" width="400" caption="Permukaan telaga tertutup oleh tanaman kangkung"]

14318311631351209571
14318311631351209571
[/caption]

Saat saya bertandang ke sana (13/5/2015) kondisinya memang kurang terawat. Hampir seluruh permukaan telaga (danau) ditumbuhi tanaman kangkung. Bahkan sebutan telaga yang biasanya identik dengan kebersihan air dan pesona alam yang meneduhkan itu ternyata tak terlihat di sana.

Meski kondisinya kurang terawat namun sebagian masyarakat Gresik khususnya yang tinggal di kawasan Kebomas masih memanfaatkan air Telaga Pegat itu untuk kebutuhan mandi mereka. Dipinggir telaga juga disediakan tempat (bilik) untuk mandi bagi pria dan wanita. Tentu saja kedua bilik itu terpisah agak berjauhan letaknya.

[caption id="attachment_418022" align="aligncenter" width="400" caption="Bisa mandi di sini asal tetap menjaga adat sopan santun"]

1431831412387738877
1431831412387738877
[/caption]

Ada adat (sopan santun) yang harus dijaga saat Anda mandi di telaga ini. Anda tidak diperkenankan untuk berkata-kata kotor atau melakukan tindakan tidak sopan lainnya. Kalau itu dilanggar maka risiko ditanggung sendiri.

Lokasi Telaga Pegat yang strategis karena berada berdekatan dengan kompleks situs Sunan Giri harusnya menjadi sumber daya yang tak terlewatkan begitu saja. Pengelolaan yang lebih baik justru sangat diperlukan. Di telaga ini para peziarah pusara Sunan Giri bisa duduk-duduk santai sambil menikmati kesegaran air dan teduhnya pepohonan yang mengelilingi Telaga Pegat.

Bila nasib lagi baik, pada saat-saat tertentu Anda bisa mengintip wajah ayu perempuan Kebomas yang sedang mandi di Telaga Pegat. Mereka bak bidadari yang turun dari kahyangan. Karena saya kurang beruntung, maka yang saya intip justru bidadara yang turun dari kahyangan he..he.. .

[caption id="attachment_418023" align="aligncenter" width="400" caption="Ada bidadara mandi di Telaga Pegat he..he.."]

14318316401397232853
14318316401397232853
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun