Musim hujan dengan suasana yang mendung dan dingin asyiknya memang menyantap makanan atau minuman hangat. Ada satu kuliner lawas (lama) yang mungkin sudah jarang kita temukan, yakni minuman Tahwa ada yang menyebutnya tahuwa yang pas untuk musim hujan yang sedang berlangsung ini.
Entah sejak kapan minuman yang punya julukan lain “kembang tahu” itu menjadi populer di tengah-tengah masyarakat kita. Ada yang mengatakan kalau tahwa menjadi minuman khas daerah Semarang, Jawa Tengah namun belum ada informasi yang jelas dan rinci mengenai asal-muasal minuman unik itu.
Penjual minuman tahwa sudah jarang kita temukan saat ini. Tidak seperti penjual minuman instan dalam sachet yang bisa dengan mudah kita lihat dalam keseharian. Masyarakat terutama anak-anak sudah telanjur mengenal minuman dalam sachet yang diblender sementara tahwa yang menyehatkan itu justru kurang diminati serta dipandang sebagai minuman aneh yang kurang keren dan trendi.
Dari segi ilmu gizi dan pangan (kesehatan) tahwa berasal dari kedelai yang pastinya kaya akan protein. Larutan jahe dan gula merah selain menambah nikmatnya minuman tahwa juga bermanfaat untuk meringankan flu, menghangatkan badan dan sumber gula rendah kalori.
Tahwa dibuat dari sari (susu) kedelai yang sudah dicampur dengan pengeras tahu atau glucono delta lactone. Sebagian orang mengganti pengeras tahu dengan bubuk agar-agar. Untuk mengetahui lebih dalam tentang minuman Tahwa itu saya mencoba menemui Pak Sukaini, beliau salah seorang pemilik lapak yang sudah puluhan tahun menjajakan Tahwa di Kecamatan Driyorejo, Gresik-Jawa Timur.
Sehari-harinya, kakek berusia 75 tahun itu berjualan tahwa keliling di kawasan Driyorejo, Gresik. Pagi-pagi sekali ia sudah harus bangun dan pergi ke pasar seorang diri, peran itu ia kerjakan sendiri karena istrinya telah lama tiada. Setiap harinya ia menyediakan sedikitnya 2 kilogram kedelai, 1 kilogram jahe dan gula merah sebanyak 3 kilogram.
Kedelai yang sudah ia cuci bersih selanjutnya diblender sampai halus terus disaring hingga diperoleh sari (susu) kedelai. Kemudian ke dalam rebusan susu kedelai ditambahkan agar-agar atau pengeras tahu terus diaduk-aduk secara merata lalu didinginkan. Jadilah tahwa yang menyerupai jajanan puding dan siap untuk dipasarkan.
Membuat larutan gula merah dan jahe cukup dengan memarut jahe, memeras parutan jahe tadi hingga diperoleh air jahe yang cukup pedas itu, setelah itu tambahkan air jahe ke dalam rebusan larutan gula merah aduk hingga merata. Bila perlu tambahkan air secukupnya.
Dalam sehari Pak Sukaini bisa menjual sampai 100 mangkuk (bungkus) minuman tahwa. Untuk semangkuk tahwa ia hargai 3 ribu rupiah. Tahwa buatan Pak Sukaini itu selalu dirindukan pelanggan setianya. Apalagi bila dinikmati pada musim hujan seperti sekarang ini, wah.. pas banget.
Kuah yang berupa larutan gula merah dan jahe harus selalu dalam keadaan panas. Tahwa akan semakin nikmat bila disajikan dengan kuah gula-jahe yang panas. Dengan sepeda ontel tuanya, Pak Sukaini membawa lapak tahwanya. Ia dengan tekun berkeliling dari desa ke desa menjajakan tahwa. Sebelum Maghrib ia sudah kembali ke rumah karena tahwa kreasinya sudah habis terjual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H