[caption id="attachment_403146" align="aligncenter" width="500" caption="Melihat Candi Sumberawan dari kejauhan"][/caption]
Saya masih ingat betul ketika beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada 9 Agustus 2012 kami sekeluarga mengunjungi Candi Singosari di kawasan Singosari, Malang-Jawa Timur. Sebelum menengok keluarga adik yang tinggal di kawasan Batu-Malang, kami sempatkan untuk melihat dari dekat warisan Kerajaan Singhasari (Singosari) itu.
Namun hanya Candi Singosari dan Arca Dwarapala yang kami datangi, sementara pemandian Kendedes dan Candi Sumberawan belum sempat kami kunjungi. Maklum kami tergesa-gesa karena tidak ingin ketinggalan acara keluarga yang diadakan oleh adik sekeluarga.
[caption id="attachment_403148" align="aligncenter" width="480" caption="Pintu pagar pelindung candi masih terkunci meski sudah masuk jam kerja"]
![14264793511250712628](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264793511250712628.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tanggal 10 Maret 2015 saya benar-benar berkesempatan mengunjungi kedua tempat bersejarah itu. Pemandian Kendedes sebenarnya merupakan kolam renang yang dibuka untuk umum. Konon kolam renang ini dibangun sejak jaman Belanda.
“Dinamakan pemandian Kendedes karena dulu merupakan taman sari Putri Kendedes yang cantik nan jelita itu” tutur Robert, penjaga pemandian Kendedes.
[caption id="attachment_403149" align="aligncenter" width="400" caption="Pemandian Kendedes berjarak 1 kilometer dari Candi Singosari"]
![14264796481243956082](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264796481243956082.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Seperti diketahui bersama, Kendedes adalah seorang permaisuri (istri) Raja Ken Arok (pendiri Singosari) yang direbutnya dari tangan Tunggul Amethung. Sebagian peninggalan masa silam yang ada di sekitar pemandian Kendedes kini dipindahkan ke lokasi Candi Singosari.
Untuk bisa mencapai Candi Sumberawan, saya masih harus melakukan perjalanan lagi, naik ke kaki Gunung Arjuna. Dari lokasi Candi Singosari kira-kira 5 kilometer lagi. Jalan menuju ke sana sudah beraspal mulus, hanya sekitar 700 meter menuju lokasi candi jalan mulai kurang nyaman tapi masih bisa dilewati menggunakan kendaraan bermotor roda empat dan dua.
[caption id="attachment_403151" align="aligncenter" width="400" caption="Candi Sumberawan dari sudut lain"]
![1426479912423175538](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1426479912423175538.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Kira-kira 150 meter mendekati candi, pengunjung harus berhati-hati karena jalan menurun tajam. Setelah melewati turunan yang cukup tajam itu, pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat harus memarkir kendaraannya di sini atau di rumah peristirahatan yang ada di dekat candi. Pengunjung dengan kendaraan roda dua masih bisa melanjutkan perjalanan hingga ke lokasi candi.
Candi Sumberawan memang tidak sebesar dan semenarik Candi Singosari yang berada 50 meter dari pinggir Jalan Raya Singosari-Malang, namun panorama di sekitar Candi Sumberawan sangat menyegarkan mata. Hawanya sejuk karena lokasi candi berada di ketinggian 650 meter dari permukaan laut.
[caption id="attachment_403152" align="aligncenter" width="400" caption="Keadaan jalan menuju Candi Sumberawan"]
![14264803031993367095](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264803031993367095.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Hari masih cukup pagi ketika saya sampai di sana. Suasana tampak sepi sekali, lain dengan keadaan Candi Singosari yang berada di antara pemukiman warga. Umumnya para pengunjung hanya tertarik menyaksikan pesona Candi Singosari sementara Candi Sumberawan yang berada agak jauh kurang diminati.
Candi Sumberawan berada diantara pepohonan yang meneduhkan. Salah satu jenis pohon yang sempat saya lihat yakni dari jenis Mahoni (Swietenia mahagomi). Agak lama saya mondar-mandir menikmati pesona candi ini dari kejauhan maklum juru pelihara candi ini belum datang.
[caption id="attachment_403155" align="aligncenter" width="400" caption="Jalan setapak menuju candi"]
![14264809531525420129](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264809531525420129.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Pintu pagar berduri yang mengelilingi candi masih terkunci padahal jam ditangan sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Mestinya petugas harus sudah stand by ditempat untuk melayani pengunjung. Saya penasaran ingin melihat lebih dekat dengan mengitari pagar berduri yang di sekelilingnya masih dipenuhi semak belukar. Beberapa sudut cantik candi ini sempat saya abadikan dengan kamera sederhana ini.
[caption id="attachment_403162" align="aligncenter" width="400" caption="Papan nama Candi Sumberawan"]
![14264812321488546128](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264812321488546128.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Ada pendapat yang berbeda mengenai Candi Sumberawan ini. Pendapat pertama menyebutkan kalau candi yang berbentuk stupa itu merupakan tempat pemujaan umat Budha (bercorak buddhisme) di masa Kerajaan Singhasari (Singosari). Sementara ahli sejarah lainnya memperkirakan kalau candi ini pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit pada kurun waktu 1359 masehi.
[caption id="attachment_403164" align="aligncenter" width="400" caption="Candi Sumberawan berada di antara pepohonan rindang "]
![14264813991257465112](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14264813991257465112.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Terlepas dari benar-tidaknya kedua pendapat itu, yang tak kalah pentingnya adalah saat mengunjungi Candi Singosari di Kecamatan Singosari-Malang jangan lewatkan untuk juga mampir melihat jejak sejarah lainnya, yakni Candi Sumberawan yang menawan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI