Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jamu Beluntas Berkhasiat ala Bu Khamid

23 Maret 2016   10:27 Diperbarui: 14 Agustus 2016   09:50 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lapak dorong Bu Khamid (dok.pri)"][/caption]

Jamu tradisional yang dijual di pasar-pasar tradisional dalam bentuk rajangan (irisan) herbal kering atau yang ditawarkan oleh penjual jamu keliling dalam bentuk cairan siap minum sepertinya sudah mulai jarang kita temukan seiring dengan berjalannya sang waktu. Mulai jarang kita temukan bukan berarti tidak ada sama sekali lho, seorang penjual jamu tradisional dengan lapak dorong pernah suatu ketika terlihat tak jauh dari tempat tinggal saya di Gresik, Jawa Timur. Dia adalah Bu Khamid yang sudah sepuluh tahun lebih menekuni karier sebagai penjaja jamu tradisional.

Sebagian bahan jamu ia beli langsung di pasar, sebagian lagi ia petik dari pekarangan rumahnya. Jamunya beragam jenisnya, ada kates (pepaya) gantung, kunir (kunyit) asem, sinom, beras kencur, paitan, suruh (daun sirih), luntas (daun beluntas) dan masih banyak lagi. Bu Khamid dengan lapak dorongnya juga menawarkan jamu tradisional  dalam bentuk serbuk yang dikemas dalam bungkus sachetan. Jamu serbuk dalam bungkus sachet itu ia datangkan dari Kroya, Cilacap dan Kota Semarang, Jawa Tengah. Setiap hari ia dengan tekun menyambangi para pelanggannya. Menurut pengakuannya, dari sekian banyak jenis jamu yang ia jual, jamu daun beluntaslah yang cukup banyak penggemarnya.

“Biasanya remaja perempuan dan ibu-ibu paling suka yang godhong luntas (daun beluntas, red)” ungkap Bu Khamid dengan polos.

Semua jenis jamu tradisional yang ditawarkan Bu Khamid memiliki penikmat sendiri-sendiri. Rata-rata habis terjual setiap harinya. Khusus untuk jamu luntas setiap harinya laku keras pasalnya dipercaya berkhasiat menghilangkan bau badan yang tak sedap yang sering jadi momok kaum perempuan itu. Ia dengan kreatif mengombinasikan daun beluntas dengan herbal berkhasiat lainnya, seperti rimpang kunyit atau kunci.

Tak hanya bau badan, beluntas juga bermanfaat untuk menghilangkan nyeri haid, perut kembung dan keputihan” lanjut Bu Khamid.

Tanaman beluntas atau yang bernama ilmiah Plucea indica Less mudah dikembangbiakkan, biasanya teknik perbanyakan dilakukan cukup dengan hanya menancapkan (stek) batang yang cukup tua. Menurut para ahli gizi, pangan dan kesehatan di dalam tanaman beluntas banyak kita temukan bahan kimia yang bermanfaat bagi tubuh kita. Bahan-bahan itu berupa flavonoid (komponen polifenol) yang berperan menurunkan kadar kolesterol jahat (Low Density Lipid /LDL) dalam pembuluh darah.

Beluntas juga mengandung zat antipiretik yang berfungsi sebagai penurun suhu dan rasa nyeri pada badan. Kandungan minyak atsiri pada beluntas ternyata mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (bakteri penghasil nanah) pada kadar 5% dan pada kadar 20% mampu menghambat perkembangan Escherrichia coli yakni bakteri yang biasa kita temukan pada usus besar (faeces/tinja) manusia.

“Untuk daun beluntas saya nggak perlu beli karena saya tanam sendiri di pekarangan rumah” ujar Bu Khamid yang kini menghidupi anaknya seorang diri, tanpa ditemani suami tercintanya.

Cara pembuatan jamu beluntas sebenarnya cukup mudah dan sederhana. Ambil daun beluntas secukupnya, cuci bersih lalu rebus agak lama sampai airnya tinggal separuh panci atau warna air berubah menjadi kehijauan. Dinginkan dan siap untuk diminum. Menurut Bu Khamid, ada sebagian ibu-ibu rumah tangga atau remaja putri yang memanfaatkan daun beluntas untuk bahan sayuran. Caranya, daun beluntas yang sudah dicuci bersih tadi lalu dimasukkan ke dalam air mendidih beberapa lama sampai kondisinya lunak. Setelah itu ditiriskan airnya untuk dijadikan bahan kuluban pelengkap makanan sehat di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun