Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jalanan Macet, Untung Ada Badut yang Menghibur

6 Januari 2017   22:20 Diperbarui: 6 Januari 2017   22:41 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Badut yang menghibur kami (Dokumentasi Pribadi)

Pagi sekali kami bangun. Tepat pukul enam pagi, mobil yang akan membawa kami pergi sudah siap di depan rumah. Liburan akhir tahun kali ini memang lain dari biasanya. Terasa begitu spesial karena adik (ipar) sekeluarga yang tinggal di Jakarta ingin sekali berkunjung ke keluarganya yang ada di Surabaya sekalian mampir ke tempat tinggal kami yang ada di Gresik. Sudah lama adik tidak menginjakkan kakinya di kota pahlawan itu sejak ia untuk pertama kalinya bertandang ke Surabaya saat bersekolah di SMA dulu.

Pagi itu sebagian ruas jalan di Kota Surabaya masih terlihat cukup lengang padahal hari itu bersamaan dengan perayaan Natal 2016. Tak butuh waktu lama untuk menjemput adik sekeluarga di Stasiun Pasar Turi Surabaya dari kediaman kami di pinggiran Gresik. Kereta eksekutif yang ditumpangi adik bersama keluarganya tiba di Stasiun Pasar Turi tepat pukul tujuh pagi waktu Indonesia Bagian Barat.

Saya berinisiatif mencari-cari mereka di antara kerumunan penumpang yang baru keluar dari stasiun. Sementara sang istri bersama anak-anak lebih memilih menunggu dalam mobil di parkiran. Aha…itu mereka, saya menemukannya, rupanya mereka ada di seberang sana. Setelah bersalaman dan berpelukan karena lama tak bertemu saya membawa mereka ke dalam mobil.

Usai mengunjungi keluarga adik di Surabaya, kesempatan yang ada tidak kami sia-siakan. Langsung saja mobil yang membawa anggota keluarga kami menuju Kota Malang. Adik sekeluarga ingin sekali melihat dari dekat Masjid Tiban di Turen, Malang yang sangat terkenal itu.

Sudah menjadi pemandangan biasa di setiap liburan akhir tahun jalanan menjadi macet oleh kendaraan bermotor. Hari semakin siang saat kami menuju kota berhawa sejuk itu. Bisa dibayangkan, setiap orang pasti ingin bepergian keluar kota saat liburan akhir tahun seperti sekarang ini dan di Jawa Timur, Kota Malanglah yang menjadi tujuan favorit dari masyarakat yang ingin mengisi liburannya.

Untuk bisa sampai ke kawasan Turen Malang di mana masjid tiban berada dari Surabaya perlu waktu tempuh kira-kira 3 jam itupun kalau lalu-lintas lancar namun kalau macet seperti liburan kemarin itu ya bisa 4 sampai 5 jam. Kemacetan lalu lintas menyebabkan anggota rombongan kami kelelahan. Untuk itu kami putuskan beristirahat sejenak di rest area yang disediakan SPBU.

Kemacetan arus lalu-lintas tak jarang menimbulkan kejengkelan bagi kita semua yang ada di jalan. Betapa tidak, saat sedang terjebak kemacetan itu lama perjalanan menjadi molor dan akhirnya kita sampai tujuan agak sore atau bahkan malam hari. Kemacetan terjadi mulai dari kawasan Purwosari - Purwodadi (Pasuruan) sampai Kota Malang. Saat menuju masjid tiban, lalu lintas relatif lancar dan mobil kami meluncur dengan cukup kencang.

Kemacetan lalu-lintas kadang menyebabkan stres bagi sebagian orang namun bagi sebagian orang lainnya kemacetan lalu-lintas justru menjadi berkah tersendiri. Saat kendaraan berhenti itu para pedagang makanan dan minuman dengan leluasa menjajakan dagangannya. Sering kali kita lihat ada beberapa penjual air mineral, soft drink atau makanan ringan seperti kacang bawang dan tahu goreng, menawarkan dagangannya kepada kita. Para pedagang itu menghampiri motor atau mobil yang berderet mengular dan menawarkan dagangannya kepada setiap pengendara kendaraan bermotor tadi.

Selain menjadi berkah bagi pedagang makanan dan minuman, kemacetan lalu-lintas juga dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para penghibur jalanan. Saat jalanan macet seperti kemarin itu, terlihat beberapa orang berkostum unik sedang menari-nari di samping kendaraan yang berhenti. Mereka berdandan ala dora, badut bahkan mereka tak malu-malu mengenakan pakaian model binatang seperti monyet.

Seorang pria mengenakan kostum badut nekad merangsek di antara padatnya kendaraan bermotor, ia menghampiri mobil yang kami tumpangi. Seketika itu anak dan keponakan kami menjadi gembira, merasa terhibur. Sang badut menari sambil bernyanyi lagunya terdengar kurang jelas karena suara berisik kendaraan bermotor mengalahkan lantunan suara merdu sang badut. Keponakan kami yang masih kecil “lunjak-lunjak” (lompat-lompat, red) kegirangan karena pola-tingkah sang badut. Badut itu lucu sekaligus menghibur kami semua yang sedang stres akibat perjalanan yang cukup melelahkan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun