Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Inilah Pasar Warisan Belanda di Malang

1 April 2015   22:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_407089" align="aligncenter" width="500" caption="Bangunan pasar warisan Belanda yang masih tersisa"][/caption]

Meski pintu kantor pasar sudah dibuka namun pagi itu suasana dalam kantor masih terlihat sepi. Kepala pasar belum datang. Sambil menunggu kedatangan beliau, saya mencoba berkeliling pasar untuk melihat-lihat keadaan pasar yang sebenarnya.

Langkah saya terhenti sejenak ketika seorang pria tua menyambut kedatangan saya dengan ramahnya. “Dari mana dik?” tanya Pak Sampun, pria tua itu. “Gresik pak” jawabku dengan suara sedikit bergetar.

Kami beramah-tamah dan Pak Sampun bercerita banyak hal tentang pasar ini. Asal tahu saja, di usianya yang sudah menginjak 70 tahun, pria tua itu masih terlihat bugar. Beliau dipercaya sebagai koordinator paguyuban para pedagang Pasar Oro-oro Dowo Malang.

[caption id="attachment_407091" align="aligncenter" width="400" caption="Tampak depan Pasar Oro-oro Dowo Malang"]

1427900380768306649
1427900380768306649
[/caption]

Pak Sampun tahu betul tentang sejarah pasar ini. Pemilik 8 lapak ini mengisahkan bahwa dulu Pasar Oro-oro Dowo merupakan tempat tawanan para serdadu Belanda saat bala tentara Jepang merangsek masuk untuk mengambil alih wilayah Malang ini.

“Pasar ini sudah ada sejak tahun 1920-an dik” terang Pak Sampun memulai ceritanya pagi itu.

Saat berjalan mengitari pasar ini saya menjadi tahu kalau pasar ini memang tidak terlalu besar. Luasnya sekitar 3407 meter persegi. Pasar Oro-oro Dowo termasuk pasar tradisional tapi sejajar dengan pasar modern, itu terlihat dari para pembeli yang sebagian besar berasal dari golongan menengah ke atas.

“Ada sekitar 180 pedagang yang membuka lapak di pasar ini” lanjut Pak Sampun.

[caption id="attachment_407092" align="aligncenter" width="400" caption="Salah satu zona dalam pasar"]

1427900592791981875
1427900592791981875
[/caption]

Beliau mengakui kalau barang-barang kebutuhan yang dijual di pasar ini harganya sedikit lebih mahal ketimbang di pasar tradisional lainnya. Namun kualitasnya memang tak mengecewakan.

Berbagai kebutuhan pokok (sembako) seperti sayur, buah, ikan dan ayam dijual dalam keadaan masih segar. Di pasar ini disediakan pula tempat pemotongan khusus ayam dan ikan. Pasar Oro-oro Dowo bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Petanian untuk mengendalikan kualitas bahan yang dipasarkan di sini.

Belum selesai saya berbincang-bincang dengan Pak Sampun, salah seorang pedagang memberitahu saya kalau kepala pasar sudah datang. Perbincanganpun akhirnya saya lanjutkan dengan Ibu Endang Sri Sundari selaku kepala Pasar Oro-oro Dowo Malang.

[caption id="attachment_407095" align="aligncenter" width="400" caption="Lapak penjual oleh-oleh"]

1427900846582417265
1427900846582417265
[/caption]

“Oleh pemkot Malang, Pasar Oro-oro Dowo ini dicanangkan sebagai bangunan cagar budaya” ungkap Bu Endang.

Bila diamati pasar ini termasuk bersih dan rapi. Area pasar dibagi menjadi beberapa zona. Pembeli bisa dengan mudahnya mendatangi setiap zona yang ada sesuai barang kebutuhan yang dicarinya. Seperti kebanyakan pasar tradisional lainnya, tak ada komoditas khusus yang dijual di pasar ini. Rata-rata lapak yang ada menyediakan sembako dan beraneka barang pelengkap lainnya.

Bila Anda ingin mencicipi nikmatnya beragam kuliner khas Jawa Timur seperti nasi rawon, lontong sayur, nasi campur, beragam jajanan dan lainnya maka kunjungi saja pasar ini setiap hari mulai pukul 05.00 (pagi) sampai 17.00 (sore) kecuali pada Hari Raya idul Fitri, pasar ini libur.

[caption id="attachment_407097" align="aligncenter" width="400" caption="Lapak penjual kuliner ala Pasar Oro-oro Dowo Malang"]

14279010341613620494
14279010341613620494
[/caption]

Selain aktivitas jual-beli yang dilakukan para pedagang dan pembeli, setiap kurun waktu tertentu di pasar ini juga diselenggarakan acara arisan yang diprakarsai oleh para pedagang Pasar Oro-oro Dowo itu sendiri.

Menurut Bu Endang, Pasar Oro-oro Dowo bukan sekedar pasar sembako biasa, lebih dari itu ia merupakan pasar percontohan bagi daerah lain. Berbagai penghargaan pernah diraih oleh pasar ini mulai tingkat regional hingga nasional. Pasar cagar budaya ini tidak jarang juga didatangi wisatawan asing. Sambil berbelanja, para turis asing itu mungkin ingin bernostalgia di pasar yang terletak di Jalan Guntur 20 Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun