Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Inilah Cara Orang Hindu Menuju Surga!

3 Oktober 2013   11:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 13125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_292211" align="aligncenter" width="450" caption="Ini dia ritual ngaben saat kami menuju Klungkung Bali"][/caption] Setelah beberapa jam menikmati Pantai Kuta yang menghipnosis itu, perjalanan wisata religi dilanjutkan menuju Desa Dawan, Kusamba-Klungkung. Di kawasan itu rombongan akan mengunjungi makam seorang pejuang Islam yang memiliki kisah menarik. Bus yang membawa rombongan kami mencoba merangsek padatnya lalu lintas Kota Denpasar. Namun apa daya saat itu semua kendaraan harus berhenti termasuk bus yang kami tumpangi. Kami melihat ada iring-iringan orang membawa peti jenazah. Ustad Wachid memberitahu kalau saat itu sedang ada upacara "ngaben", yaitu ritual pembakaran mayat bagi umat beragama Hindu di Bali. [caption id="attachment_292220" align="aligncenter" width="400" caption="Setiap rumah warga Bali tidak lepas dari Bunga Kamboja"]

138077310197298742
138077310197298742
[/caption] Mengingat peristiwa ini jarang terjadi maka kesempatan ini tidak kami sia-siakan. Saat bus berhenti untuk menanti iring-iringan jenasah, saya mencoba mengabadikan upacara ritual itu sebisanya. Maklum penumpang di bus juga pada berebut memotret dengan HP atau kamera masing-masing. Sehingga suasana dalam bus tampak sedikit gaduh. Beberapa momen penting seperti saat iring-iringan membawa peti jenazah, beragam gamelan dan barisan pengantar jenazah berhasil saya abadikan. [caption id="attachment_292222" align="aligncenter" width="400" caption="Selain Bunga Kamboja bangunan beribadah (sanggar) juga menghiasi rumah-rumah di Bali"]
13807733901312966005
13807733901312966005
[/caption] Menurut Ustad Wachid masyarakat Hindu di Bali sangat meyakini kalau setiap roh atau arwah yang keluar dari jasad orang yang meninggal, ia akan kembali (menitis) dalam wujud yang berbeda bisa berupa manusia, hewan atau bahkan tumbuhan. Peristiwa kembalinya roh dalam wujud yang berbeda ini oleh keagaaman Hindu dinamakan "reinkarnasi". Dalam konsep Agama Hindu lenyapnya jasad seseorang yang meninggal sementara rohnya tetap abadi peristiwa itu disebut "mokhsa". Ustad Wachid ini termasuk guide yang spesial. Beliau tidak hanya menguasai medan Bali, seluk beluk adat istiadat masyarakat Hindu Bali juga beliau pahami. Ini terlihat dari sedemikian mahirnya Pak Ustad yang asli Trowulan- Mojokerto ini mengisahkan setiap situs yang kami kunjungi termasuk tentang upacara ritual ngaben. Sayangnya momen pembakaran jenazah di lapangan ngaben  tidak sempat saya abadikan sebab bus keburu melaju menuju kawasan Klungkung. [caption id="attachment_292214" align="aligncenter" width="400" caption="Dengan diiringi keluarga dan masyarakat menuju tempat pembakaran jenazah"]
13807720851583125394
13807720851583125394
[/caption] Pelaksanaan ngaben itu sendiri harus terlebih dulu berkonsultasi dengan pendeta (pemangku adat) untuk menetapkan kapan hari yang tepat untuk dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari baik yang akan ditetapkan biasanya pihak keluarga dengan dibantu masyarakat beramai-ramai melakukan persiapan tempat mayat (bade) dan replika berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu dan kertas warna-warni yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat. [caption id="attachment_292215" align="aligncenter" width="400" caption="Dengan atribut ritual ngaben mereka menuju tempat pembakaran jenazah"]
13807722871604593870
13807722871604593870
[/caption] Dipagi hari ketika upacara dilaksanakan, seluruh keluarga dan masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan jasad terlebih dahulu dimandikan. Proses pemandian jenazah dipimpin oleh seorang pendeta atau orang dari kasta Bhramana. Setelah proses pemandian selesai, jenazah dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali. Lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah orang yang meninggal memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik. Kemudian jenazah diletakan di dalam “bade" (keranda) selanjutnya diusung secara beramai-ramai. Seluruh anggota keluarga dan masyarakat berbaris di depan bade. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, bade akan diputar-putar sebanyak tiga kali. Hal ini dipercaya agar arwah orang yang meninggal menjadi bingung dan tidak kembali lagi. [caption id="attachment_292216" align="aligncenter" width="400" caption="kelompok musik gamelan mengiringi kepergian si jenazah"]
13807725041817435170
13807725041817435170
[/caption] Dalam pelepasan jenazah tidak diperkenankan adanya isak dan tangis, ini tidak baik untuk jenazah. Seakan tidak rela atas kepergian si jenazah. Arak-arakan yang menghantar kepergian jenazah biasanya diiringi bunyi gamelan dan mantra kidung suci. Pada sisi depan dan belakang bade yang diusung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya. [caption id="attachment_292218" align="aligncenter" width="400" caption="Iring-iringan pembawa jenazah saat upacara ritual ngaben"]
1380772678416829719
1380772678416829719
[/caption] Setelah sampai dilokasi pembakaran yang sudah disiapkan, jenazah dimasukan dalam replika berbentuk lembu yang sudah disiapkan dengan terlebih dulu dibacakan mantra oleh sang pendeta. Upacara ngabenpun segera dilaksanakan dengan membakar replika lembu sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran jenazah dimasukkan ke dalam buah kelapa gading lalu kemudian dilarungkan (dihanyutkan) ke laut atau sungai yang dianggap suci. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan kalau ngaben adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang sangat disakralkan dan diagungkan. Upacara ritual ini merupakan bentuk ungkapan rasa hormat yang ditujukan kepada orang yang sudah meninggal. [caption id="attachment_292219" align="aligncenter" width="400" caption="Di tempat ini jenazah dibakar sampai menjadi abu"]
1380772863556025664
1380772863556025664
[/caption] Dengan ngaben keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh atau arwah dari perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya di dunia yang fana ini dan menghantarkannya menuju 'surga' abadi. Untuk selanjutnya kembali berreinkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda. Ngaben biasanya dilakukan secara besar-besaran namun tidak semua umat Hindu di Bali dapat melaksanakannya karena terkendala oleh biaya yang mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun