Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hujan-hujan Naik Gunung, Why Not?

10 Januari 2017   20:39 Diperbarui: 10 Januari 2017   20:47 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medan becek dan licin namun dasar passionnya ya tetap saja nekad mendaki (dok.pri)

Mendaki gunung belakangan ini merupakan aktivitas yang banyak digandrungi dan sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Muncul pemeo, bukan anak muda namanya kalau belum mendaki gunung. Mendaki gunung kini oleh sebagian kalangan telah dianggap sebagai salah satu bentuk olah-raga yang membutuhkan teknik dan keahlian khusus atau istilah asingnya mountaineering.

Mendaki gunung umumnya memang didominasi oleh kaum muda namun tak jarang kita saksikan orang-orang yang sudah cukup berumur juga ikutan naik gunung, apakah itu laki-laki maupun perempuan. Bahkan pernah kita jumpai dari para orang tua yang menyukai dunia pendakian itu membawa serta anaknya yang masih kecil untuk ikut mendaki gunung.

Coba bila Anda berkesempatan mengunjungi Kawah Ijen di kawasan Banyuwangi - Bondowoso, Jawa Timur. Saat bersama-sama mendaki untuk menikmati pesona blue fire pada dini hari itu, tak jarang kita jumpai turis mancanegara yang berusia lanjut. Para turis asing yang kebanyakan berasal dari Negara Perancis itu dibuat penasaran dengan pijaran api biru belerang di dalam gelapnya malam. Selain itu pesona air kawah yang berwarna hijau toska juga menggelitik perhatian mereka. Semangat mereka tak mau kalah dengan pendaki yang masih muda. Selagi masih kuat berjalan maka pendakianpun mereka lakukan tanpa bantuan penandu.

Saat yang tepat untuk mendaki gunung sebaiknya ketika cuaca sedang cerah bersahabat. Namun di musim hujan seperti sekarang ini ada saja sekelompok anak muda yang nekad mendaki gunung karena gunung yang mereka daki memiliki jalur pendakian yang relatif aman meski saat musim hujan sekalipun.

Sedia payung untuk melindungi kamera saat mengabadikan momen-momen penting ketika hujan (dok.pri)
Sedia payung untuk melindungi kamera saat mengabadikan momen-momen penting ketika hujan (dok.pri)
Bagaimanapun juga keadaan medan yang becek dan licin akibat terpaan air hujan jelas akan menyulitkan pendakian. Seperti pada 10 – 12 Desember 2016 yang lalu, bersama rekan-rekan yang tergabung dalam @php_adventure, saya mencoba menjelajah lereng Gunung Semeru dengan tujuan akhir Danau Ranu Kumbolo. Saat mendaki pas bersamaan dengan hujan turun.

Lumayan jauh jarak yang kami tempuh mulai dari pos pemeriksaan Ranu Pane hingga basecamp Ranu Kumbolo, jaraknya kurang lebih 10,7 kilometer yang ditempuh dalam waktu tidak kurang dari 4 jam. Untung saja rekan-rekan @php_adventure sudah sangat berpengalaman dalam pendakian, sementara saya yang masih pemula dengan tertatih-tatih dan tak jarang terpeleset jatuh akibat medan licin terkena guyuran air hujan. Meski demikian kami semua berhasil mencapai basecamp Ranu Kumbolo dengan selamat dan kembali ke rumah masing-masing dengan selamat pula.

Jangan meremehkan cuaca (tanda-tanda alam lainnya) saat mendaki namun bukan berarti ketika musim hujan berlangsung lalu “passion” mendaki dihentikan begitu saja. Bagi sebagian orang mendaki adalah obat jiwa. Kalau sudah terbiasa menyatu dengan gunung (alam) konon nggak mau pulang ke rumah. Sangat tergantung (keranjingan) sekali dengan alam pegunungan.

Seperti halnya kalau seseorang sedang mengalami ketergantungan obat, sekali telat mengonsumsi obat maka ia akan meronta-ronta. Begitu pula dengan passion mendaki gunung karena itu sebagian orang tetap nekad naik gunung, meski saat musim hujan sekalipun karena memang sudah menjadi passionnya dan harus dipenuhi. Mereka yang memiliki passion mendaki gunung tentu hafal sekali jalur pendakian dan tentu saja tidak gegabah dalam menentukan saat yang tepat untuk memulai pendakian.

Persiapan fisik dan mental sebelum mendaki apalagi saat musim hujan tentu harus dilakukan. Sangat dianjurkan mengonsumsi bahan makanan bergizi sebagai sumber energi untuk pendakian. Makanan bergizi tidak harus yang mahal lho, makanan sederhanapun tetap bisa memenuhi syarat gizi dan tidak kehilangan esensinya sebagai penyedia tenaga agar stamina tetap terjaga dan tidak gampang loyo terutama menghadapi cuaca dingin akibat hujan dan ketinggian tempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun