[caption id="attachment_417924" align="aligncenter" width="500" caption="Jeruk Pacitan"][/caption]
Musim kemarau sudah di depan mata. Di musim ini keadaan cuaca terasa panas. Akibatnya tubuh kita sering mengeluarkan keringat. Karena haus hasrat kita untuk mengonsumsi air minum semakin meningkat pula. Tak jarang dari kita lebih menyukai minuman dingin (es) ketimbang air putih biasa.
Sebagian orang kemudian memanfaatkan musim kemarau yang sebentar lagi tiba itu untuk berbisnis minuman. Bagi kita yang menyukai traveling (jalan-jalan), sering sekali kita temukan lapak pedagang minuman (es) di pinggir-pinggir jalan itu.
Kalau di daerah-daerah yang terletak di kawasan pantura Pulau Jawa seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban dan Rembang (Jateng) maka minuman es legen dan buah siwalan sangat populer di sana.
Selain es legen minuman yang lagi marak di musim kemarau adalah es jus (buah atau sayur), es tebu ijo (hijau), es degan (kelapa muda) dan es jeruk pacitan. Semua es yang berasal dari buah-buahan itu memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri.
Es jeruk Pacitan belakangan ini mulai banyak dilirik dan disukai orang. Bisnisnyapun mudah dan sangat menguntungkan. Dari sekian banyak lapak es jeruk Pacitan, salah satunya milik Pak Wandi yang biasa mangkal di depan Masjid Agung Gresik, Gresik-Jawa Timur.
[caption id="attachment_417926" align="aligncenter" width="400" caption="Lapak es jeruk Pacitan milik Pak Wandi"]
Pak Wandi mengaku sudah setahun ini berjualan es jeruk Pacitan. Kini ia memiliki 6 lapak yang tersebar di beberapa tempat di Gresik. Pria asal Desa Bringkang, Menganti-Gresik ini mendatangkan buah jeruk Pacitan bukan dari kota asalnya melainkan dari kawasan Dau, Sengkaling-Malang.
“Lumayan hasilnya mas, seharinya saya bisa menghabiskan 1 zak (42 kg) jeruk Pacitan” ungkapnya tanpa merinci berapa hasil penjualan seharinya.
Menurutnya jeruk Pacitan terbagi menjadi dua macam, yakni jenis baby valencia yang rasanya sedikit masam dan jeruk Pacitan sendiri yang cenderung manis rasanya. Jeruk Pacitan bisa bertahan hingga 20 hari. Lebih dari itu kandungan airnya berkurang karena jeruk semakin keriput.
“Target saya dalam waktu dekat setidaknya punya 10 titik di Gresik” ujar Pak Wandi dengan semangat.
Sejak pensiun dari perusahaan pelayaran pada tahun 2006, lelaki beranak tiga ini mengaku tak mau menyerah begitu saja dengan keadaan. Sebelum berbisnis es jeruk Pacitan, ia membuka toko elektronik di rumahnya yang terletak di kawasan Menganti-Gresik itu.
[caption id="attachment_417929" align="aligncenter" width="400" caption="Es jeruk Pacitan murni tanpa campuran bahan lainnya"]
Setiap seminggu sekali, ia mengaku mendatangkan 1 ton lebih jeruk Pacitan dari Kecamatan Dau-Malang. Untuk 1 zak jeruk Pacitan, ia beli dengan harga Rp. 230.000,-. Bila jeruk Pacitan sulit didapatkan karena gagal panen maka harga perzaknya juga mahal yakni Rp. 300.000,-. Jeruk Pacitan yang dikulaknya berkualitas bagus (kw 1).
Cara berjualan es jeruk Pacitan ini sangat mudah. Buah jeruk dipotong jadi dua lalu diperas dengan alat khusus. Untuk 1 gelas membutuhkan 3 buah jeruk. Pak Wandi menggunakan pemeras jeruk buatan Malaysia. Harga perunitnya Rp. 850.000,- jauh lebih mahal dari buatan lokal yang hanya berharga Rp. 350.000 perunitnya.
[caption id="attachment_417932" align="aligncenter" width="280" caption="Pemeras jeruk Pacitan"]
“Yang buatan lokal gampang rusak, baru dipakai 2-3 bulan, alat sudah jebol” terangnya dengan yakin
Setiap hari Pak Wandi menunggui lapaknya yang ada di depan Masjid Agung Gresik, ia berjualan mulai jam 09.00 sampai 17.00 WIB. Dengan kendaraan pick-up ia mengangkut lapak es jeruknya. Ia juga rajin memonitor lapak-lapak es jeruk Pacitan miliknya yang tersebar di kota pudak itu.
Untuk segelas es jeruk Pacitan ia hargai Rp. 6000,-. Es jeruk Pacitan memang pas menjadi pelepas dahaga terutama di saat kemarau seperti sekarang ini. Prospek bisnisnya juga lumayan bagus.
[caption id="attachment_417933" align="aligncenter" width="400" caption="Pak Wandi"]