Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bu Rofiq: Depan Bisa, Belakang Oke

24 April 2015   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_412513" align="aligncenter" width="500" caption="Setia menghampiri pelanggannya"][/caption]

Seperti halnya Kartini di masa lalu, kaum wanita (istri) sekarang hatinya mulai tergerak. Mereka sadar bahwa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang biasanya menjadi tanggung jawab suami kini mulai berada di pundaknya.

Seorang wanita yang berperan sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anak yang dilahirkannya di jaman sekarang ini malahan tak sungkan melakukan pekerjaan berat guna menopang ekonomi rumah tangganya.

Bu Rofiq misalnya, ia adalah salah satu dari sedikit wanita yang mencoba menopang ekonomi keluarga dengan berjualan pakaian. Namun gaya berjualan Bu Rofiq ini terbilang unik. Betapa tidak, wanita muda asal Driyorejo-Gresik-Jawa Timur ini menjajakan pakaian dagangannya dengan menggunakan kendaraan gerobak motor roda tiga.

Kita tahu bahwa gerobak motor roda tiga itu biasanya dikemudikan oleh kaum lelaki. Tak banyak wanita yang sanggup bahkan tertarik untuk menggunakan kendaraan itu apalagi untuk berbisnis menopang ekonomi keluarga mereka.

Di tangan lembut Bu Rofiq, kendaraan gerobak motor roda tiga itu disulapnya menjadi alat bekerja yang efektif untuk mengais rezeki. Tidak seperti para penjual baju atau pakaian pada umumnya, yang hanya pasrah menunggu datangnya pembeli, maka Bu Rofiq sangat proaktif.

Ia menawarkan pakaian berbagai ukuran itu dengan berkeliling dari kampung ke kampung yang ada di Kota Gresik. Tak hanya itu, iapun dengan telaten dan setia mendatangi para pelanggannya.

“Buat apa malu-malu pakai gerobak mas, yang penting kan halal” cletuknya kepada saya siang itu.

[caption id="attachment_412514" align="aligncenter" width="250" caption="Bu Rofiq"]

1429887527739206954
1429887527739206954
[/caption]

Wanita muda berparas cantik berusia 30 tahunan itu memang terbilang tangguh. Bayangkan saja, biasanya pasangan suami-istri yang baru menikah itu pasti ingin menikmati saat-saat berbulan madu atau paling tidak masa-masa indah di awal pernikahannya. Tapi tidak demikian dengan Bu Rofiq, ia dengan rela mengorbankan saat-saat menyenangkan itu dengan bekerja keras membantu sang suami tercinta.

Awalnya ia berjualan baju dengan menggunakan sepeda motor keliling beberapa perumahan yang ada di Kota Gresik. Sudah puluhan tahun ia menekuni profesi itu. Kadang bila sang suami berhalangan maka Bu Rofiqlah yang menggantikan peran suaminya. Malahan belakangan ini ia yang memegang kendali usaha berjualan baju keliling karena sang suami sering sakit-sakitan.

[caption id="attachment_412517" align="aligncenter" width="400" caption="Dikerubuti pembeli atau pelanggan setianya"]

1429887712865113738
1429887712865113738
[/caption]

Pakaian yang dijual Bu Rofiq merupakan baju-baju khusus wanita, ukuran anak-anak, remaja dan orang dewasa. Kini disaat permintaan akan pakaian wanita semakin meningkat, Bu Rofiq juga jeli melihat peluang itu. Digunakanlah sebuah gerobak motor roda tiga untuk meningkatkan volume dagangannya.

Gerobak motor roda tiga itu ia rancang sedemikian rupa hingga bagian belakangnya mampu menampung lebih banyak pakaian. Pembeli bisa dengan leluasa memilih baju-baju yang ditawarkan sesuai selera mereka.

Harganyapun bervariasi, semua dibandrol terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Bu Rofiq juga meringankan pelanggannya dengan memberi kesempatan mengangsur pembayaran sampai beberapa kali. Mulai pakaian dalam, jilbab, daster dan pakaian wanita lainnya tersedia secara lengkap di dalam lapak gerobaknya.

[caption id="attachment_412519" align="aligncenter" width="300" caption="Demi keluarga"]

14298879201401160998
14298879201401160998
[/caption]

Semua baju dikulaknya dari PGS dan Pasar Kapasan Surabaya. Tak heran bila setiap 2 atau 3 hari sekali ia harus bolak-balik ke Surabaya hanya untuk berbelanja baju dagangan itu.

Pagi, sekitar pukul 07.00 WIB ia memulai aktivitasnya. Siang harinya ia balik ke rumah untuk beristirahat. Usai Sholat Ashar,Bu Rofiq melanjutkan lagi pekerjaannya berjualan pakaian wanita. Menjelang Maghrib ia harus kembali pulang untuk berkumpul bersama keluarga tercinta di rumah.

Dari hasil kerja keras yang ditekuninya selama lebih dari sepuluh tahun itu Bu Rofiq bisa menghidupi keluarganya. Rumahnya lumayan bagus. Kedua anaknya bisa bersekolah dengan baik. Bila ingin pulang kampung, di rumahnya juga tersedia mobil pribadi yang dibelinya dari hasil keringatnya sendiri.

“Lumayan hasilnya mas, bisa buat nyekolahkan anak” ungkap Bu Rofiq dengan rendah hati.

Bu Rofiq hanyalah wanita biasa yang mungkin jauh dari kesan elit dan intelek. Ia tak mau menyerah begitu saja pada nasib dan keterbelakangan.

[caption id="attachment_412520" align="aligncenter" width="400" caption="Tak kenal menyerah"]

1429888040581889033
1429888040581889033
[/caption]

Di depan, ia bisa menggantikan posisi suaminya sebagai penopang ekonomi keluarga. Di belakangpun tak masalah, ia dengan setia mendampingi suami dan merawat kedua anaknya dengan penuh kasih sayang.

Mungkin tak sama persis dengan Kartini di masa lalu, paling tidak semangatnyauntuk berkarya setara dengan suaminya sudah menjadi bukti kalau jiwa Kartini telah terpatri di dalam sanubarinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun