Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berkat "Burung" Kreasinya, Hasan Keliling Jawa Timur

26 Februari 2017   10:39 Diperbarui: 26 Februari 2017   22:00 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Hassan dan burung-burungan kreasinya (dok.pri)

Keluar-masuk kampung, desa, pasar, kabupaten atau kota seolah sudah menjadi aktivitas sehari-hari Muhammad Hasan. Lelaki asli Mojokerto kelahiran 49 tahun silam itu tak bisa lepas dengan “burung” kreasinya. Kemanapun melangkah ia selalu terlihat menenteng  tas ransel berukuran cukup besar yang di dalamnya berisi penuh mainan burung-burungan. Usai membereskan urusan rumah di pagi hari, langsung saja ia “mlencing” (keluar rumah, red) untuk mengais rezeki.

Setidaknya dalam sehari lelaki yang tinggal di Jalan Niaga, Sawahan, Mojosari-Mojokerto itu bisa menjual burung-burungan sebanyak 80 buah. Untuk sebuah mainan burung-burungan ia bandrol dengan harga 2 ribu rupiah. Cak Hasan, demikian ia sehari-hari disapa, termasuk penjual mainan yang gesit dan pintar. Dengan dibantu salah satu anaknya, ia bisa mengetahui lewat internet tempat-tempat mana saja di Jawa Timur yang sedang atau akan menyelenggarakan acara-acara penting yang mengundang perhatian masyarakat luas. Pasalnya di tempat-tempat seperti festival pasar rakyat, karnaval atau perayaan resmi daerah yang banyak didatangi masyarakat luas, nah di sanalah Hassan memasarkan burung-burungan itu.

Nek nekani keramean ngene, aku mayokno rong atus biji manuk-manukan (kalau mendatangi keramaian seperti ini saya bisa menjual 200 buah burung-burungan, red)” ujarnya saat saya temui siang kemarin (24/02). Agar dagangannya laku keras maka lelaki beranak 5 bercucu 1 berpostur kecil-tanggung itu harus proaktif (jemput bola) dan tak segan-segan mendatangi sekolah-sekolah seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD) karena pangsa pasar untuk mainan produksinya memang anak-anak yang masih dalam jenjang pendidikan SD ke bawah.

Tekun berjualan (dok.pri)
Tekun berjualan (dok.pri)
Selain mengetahui tempat keramaian dari internet, Hasan juga mendapatkan informasi dari sesama pedagang kecil lainnya. Berkat berjualan burung-burungan itu ia bisa menjelajahi daerah-daerah di Jawa Timur. Menurut pengalamannya, bisnis mainan anak-anak yang berupa burung-burungan itu sangat menguntungkan.

Modale gak akeh mas, tapi untunge lumayan gedhe (modalnya tidak banyak mas, namun untungnya cukup besar, red)” cetusnya sambil memainkan burung-burungan ciptaannya. Bahan-bahan untuk membuat burung-burungan seperti karet semacam matras, bambu, pewarna, benang, sedotan dan lainnya bisa dengan mudah ia peroleh dan harganyapun murah. Untuk selembar karet matras ia kulak dengan harga 10 ribu rupiah di kawasan Apollo, Gempol-Pasuruan.

Sak lembar karet iso dadi wulung puluh dulinan (selembar karet bisa jadi 80 mainan, red) bebernya dengan bangga. Burung-burungan buatan Hasan modelnya sederhana sekaligus gampang dibuat. Untuk sebuah burung-burungan yang siap dijual, ia cuma mengeluarkan modal 300 rupiah. Tak tanggung-tanggung, pekerjaan berjualan burung-burungan yang sangat disukai anak-anak itu sudah berlangsung sejak tahun 1994.

Pekerjaan yang ditekuni Hasan sepintas terlihat sepele, cuma pedagang mainan keliling. Berjalan ke sana-kemari, hebatnya lagi dengan profesi sederhana itu ia sanggup menghidupi kelima anaknya. “Mumpung sik kuat mas, aku nekad dodolan dulinan ikigawe keluargo (selagi masih kuat mas, saya jualan mainan ini, untuk keluarga, red)” pungkasnya sambil berpamitan melanjutkan perjalanan menuju pasar.

Banyak Jalan Menuju Roma, begitu kira-kira pepatah yang menggambarkan betapa ada banyak jalan untuk bisa hidup bahagia dan sukses. Itu pula yang dilakukan Hassan, ia merasa bangga dengan pekerjaan yang ia tekuni selama ini. Pekerjaan sederhana namun menuntut dia untuk tidak berdiam diri alias pasif. Ia menawarkan burung-burungan produksinya ke mana saja yang penting laris-manis dan hasilnya untuk menghidupi keluarga tercinta. Sebuah pekerjaan yang menuntutnya untuk pintar bergaul dan mengambil hati anak-anak sebab pangsa pasar mainan kreasinya itu memang dari kalangan anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun