[caption caption="Salah satu contoh hidroponik dengan sistem deep flow. "][/caption]Bercocok tanam ternyata bukan hanya didominasi oleh para petani, penghobi atau praktikan pertanian, orang-orang rumahan (warga biasa) yang sebelumnya awam bahkan buta sama sekali dalam soal teknik bercocok tanam kini perlahan-lahan mulai suka mengisi hari-harinya dengan belajar serta mencoba menerapkan bagaimana cara bercocok tanam itu.
Salah satu teknik bercocok tanam yang belakangan kian diminati masyarakat awam khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan ialah bercocok tanam secara hidroponik. Secara sederhana kata hidroponik diartikan sebagai teknik atau cara bercocok tanam dengan menggunakan media tanam air. Yang dimaksud air di sini bukan air bersih biasa melainkan air yang sudah bercampur dengan nutrisi tanaman.
Hidroponik banyak macamnya, dari yang simpel yang tidak membutuhkan biaya banyak karena hanya memanfaatkan perlengkapan dari gelas atau botol bekas air mineral sampai yang agak rumit karena membutuhkan alat dan bahan dari paralon, pompa air (aerator) dan energi listrik yang tentunya memerlukan biaya mahal.
[caption caption="Tidak membutuhkan tempat yang luas"]
Sebenarnya masing-masing sistem bercocok tanam dengan metode hidroponik itu menghasilkan tanaman yang kurang lebih berkualitas sama. Tapi bagi sebagian praktikan berhasil mempraktekkan salah satu teknik yang dianggap njlimet karena butuh perlengkapan dan biaya banyak tentu menjadi kepuasan tersendiri.
Seperti pada hidroponik yang menggunakan sistem deep flow, cara ini mengandalkan sirkulasi larutan hara secara nonstop. Larutan nutrisi atau zat hara dipompa dengan alat khusus semacam aerator ke seluruh instalasi paralon hingga kembali lagi ke bak atau drum penampungan. Dari drum tadi nutrisi kembali disedot dan dialirkan ke seluruh pipa demikian seterusnya sirkulasi hara itu berlangsung.
Untuk sistem ini konsumsi akan listrik memang lumayan tinggi karena aerator harus bekerja nonstop (24 jam) meski demikian pompa air itu sekali waktu perlu diistirahatkan agar dinamonya tidak cepat aus tapi akar tanaman masih tetap terendam (2 – 3 sentimeter) dalam genangan larutan nutrisi sehingga tanaman tidak terganggu tumbuh-kembangnya.
[caption caption="Hidroponik dengan sistem nutrient film technique, larutan nutrisi tipis (film) yang tersentuh perakaran"]
Bercocok tanam secara hidroponik tetap mebutuhkan penyinaran cahaya matahari tapi jangan terlalu terik. Biasanya instalasi pipa paralon pada sistem deep flow dipasang di tempat yang aman dari guyuran hujan. Jangan sampai larutan nutrisi tercuci (leaching) atau bahkan hilang sama sekali akibat bercampur dengan air hujan.
Jenis sayuran daun yang ditanam secara hidroponik umumnya berumur pendek, beberapa contohnya ialah sawi, selada, kangkung, bayam. Pengelolaan nutrisi untuk cara bercocok tanam hidroponik sangatlah penting. Menjaga pH larutan nutrisi agar tetap pada kisaran 5,5 - 6,5. Juga konsentrasi atau kekentalannya, biasanya angka yang dikehendaki berkisar antara 600 – 1200 untuk TDS sementara EC untuk sayuran daun di level 1,5 – 2.
Meski terkesan rumit tapi bercocok tanam secara hidroponik itu mempunyai kelebihan lain yakni tidak membutuhkan media tanam berupa tanah dan lahan yang luas. Bahkan pestisida untuk mengendalikan hama, penyakit dan gulma atau tanaman pengganggu yang biasa digunakan pada bercocok tanam konvensional sudah nyaris tak dibutuhkan lagi.