Saya itu termasuk orang yang nyaris tidak mengidolakan siapapun selain almarhum dan almarhumah kedua orang tua yakni ibu dan bapak saya.Â
Ibu yang dengan bertaruh nyawa telah melahirkan saya dan saudara-saudara kandung lainnya. Menyayangi dan memelihara kami semua hingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang mandiri.Â
Bapak yang keringatnya mengucur deras, memikul tanggung-jawab dan beban berat serta berjuang mencari nafkah demi kehidupan kami sekeluarga.Â
Tak hanya itu, Bapaklah yang menyekolahkan kami semua hingga menjadi manusia yang pintar dan sanggup mengarungi samudra kehidupan ini.Â
Saya termasuk orang yang sangat egois dan PD (over confidence kali ya jiahahaha) tak mengidolakan seorang tokoh atau artis yang lagi ngehits pada kurun waktu tertentu. Tak seperti teman-teman sebaya saya kala itu.Â
Ketika teman-teman SMA lagi pada ngefans film Lupus yang dibintangi almarhum Ryan Hidayat, saya malah tak ambil pusing alias cuek.Â
Ketika sang penulis film Lupus yakni Hilman Hariwijaya datang ke salah satu gedung di Surabaya dan teman-teman kala itu saling berebut untuk mendapatkan tanda tangan, kaos, topi, suvenir dan beragam merchandise gratis lainnya dari sang penulis, toh saya lebih memilih duduk manis di rumah saja.Â
Pendek kata, tak ada idola dan rasa kagum kecuali kepada kedua orang tua yang sangat berjasa bagi hidup kami. Alfatihah..Â
Dapat merchandise setelah ikut lombaÂ
Roda zaman terus berputar, bak Ferris Wheel. Ada kalanya di atas dan ada saatnya di bawah, begitu terus-menerus.Â
Hidup ini bak filosofi Tiongkok, Yin dan Yang, dimana ada keseimbangan, dua hal yang saling berlawanan (kalah-menang, baik-buruk, hitam-putih, tinggi-rendah, gelap-terang) menemani perjalanan hidup anak manusia.Â