Pandemi Covid-19 yang tak kunjung redah memang berdampak cukup signifikan terhadap berbagai sendi kehidupan bangsa kita. Tidak hanya dunia pendidikan, sektor perekonomian tapi juga dunia pariwisata ikut terkena imbasnya.Â
Meski telah menerapkan kebiasaan baru (new normal) namun pemerintah masih memberikan warning "hati-hati" (waspada) mengingat dari 4 varian virus yang diwaspadai dunia, 3 di antaranya sudah masuk ke Indonesia yaitu B.1.1.7 (varian Inggris), B.1.617 (varian India) dan B. 1.351 (varian Afrika Selatan).Â
Virus Covid-19 varian baru itu dipercaya mudah menyebar dan menular serta tingkat keparahannya jauh lebih tinggi daripada virus Covid-19 biasa.Â
Mari kita tengok kembali nasib dunia pariwisata Indonesia yang melesu akibat pandemi berkepanjangan. Sebagian pengelola wisata nekad membuka usahanya di tengah pandemi seperti sekarang ini, alhasil pengunjung yang datang membludak sehingga akhirnya petugas akhirnya mengambil langkah tegas dengan membubarkan kerumunan pengunjung objek wisata itu.Â
Ketika sebagian objek wisata di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya ditutup gegara merebaknya pandemi. Sebagian objek wisata di daerah juga demikian adanya.Â
Sepulang dari tilik (menengok) bayi itu, kami manfaatkan kesempatan yang ada untuk berkeliling Kota Kediri. Sebenarnya tujuan pertama kami setelah acara tilik bayi itu ialah Taman Goa Selomangleng.Â
Sayangnya objek wisata yang kabarnya menjadi andalan kota tahu Kediri itu justru belum diizinkan beroperasi karena masih dalam suasana pandemi.Â
Perjalanan akhirnya kami lanjutkan menuju kawasan proliman (perlimaan) atau Simpang Lima Gumul (SLG) yang jadi ikonnya Kota Kediri.Â
Didorong oleh rasa penasaran yang sangat, seperti apa sih penampakan monumen SLG yang kabarnya mirip Arc de Triomphe di Paris (Perancis) itu.
Kami pun bergegas ke lokasi. Lagipula hari sudah semakin sore. Kami tak ingin terlalu malam sampai di Gresik.Â