Bayangan pahit dan manis
punya arti sendiri
Hidup ini cerita
yang tak pernah matiÂ
Kiranya tak berlebihan bila selama kita masih diberi kesempatan hidup oleh Yang Maha Kuasa maka ada saja cerita hidup ini. Pasti bergiliran ada cerita duka (pahit) dan suka (manis). Semua itu senantiasa membayangi kehidupan kita.Â
Awal ceritanya begini, beberapa hari saat sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadan, tepatnya sekitar pukul lima sore, 15 April 2021 yang baru lalu, saya dikejutkan oleh seseorang yang menghubungi lewat DM akun IG saya.Â
Seseorang yang kemudian saya ketahui perempuan bernama YH berasal dari Tambun, Bekasi-Jawa Barat.Â
Beliau menanyakan apakah ada hubungan antara saya dengan orang bernama LC. Menurut keterangan mbak YH, seseorang yang bernama LC itu telah menipunya saat berbisnis online.Â
Keberadaan LC sudah terdeteksi oleh mbak YH, rumahnya (posisinya) tak jauh dari kediamannya di kawasan Tambun, Bekasi (Jabar).Â
Saat bertransaksi secara online, LC memberikan nomer HP yang setelah dicek oleh mbak YH di bagian cyber crime Polres Bekasi ternyata menggunakan data pribadi saya sekeluarga.Â
Data Nomer Induk Kependudukan (NIK) dan nomer Kartu Keluarga (KK) untuk registrasi kartu seluler (SIM card) yang digunakan oleh LC itu menggunakan NIK dan nomer KK saya.Â
Betapa terkejutnya saya, bulan suci Ramadan yang mestinya diisi dengan ibadah puasa dan amalan lain secara khusyu, malah menjadikan pikiran kami sekeluarga cemas dan was-was.Â
Semua data percakapan dengan mbak YH, termasuk beberapa screenshot beliau dengan LC masih saya simpan dalam WA.Â
Saya jadi teringat kembali saat meletusnya kasus pembobolan NIK yang digunakan untuk aktivasi 1,6 juta kartu prabayar milik operator IS yang salah satu kantornya berlokasi di Jalan Kayun Surabaya.Â